Kamis, 22 April 2010

INDUSTRI GAMPING



Pengantar:
Isi dari posting-an ini adalah hasil karya siswa kelas XII.IPS1, yakni Yeni Dwi Asputri dan Windi Warsia L. berkaitan dengan pengamatan aktifitas penduduk di lingkungan sekitar. Juga William Pratama dan Edi Santotos. Aktifitas penduduk di sektor industri yang mereka tulis sangat berkaitan dengan batuan induk yang ada di daerah tersebut, yakni batuan kapur. Dalam tulisan tersebut, Yeni dan Windi menjelaskan bahwa batuan tersebut diolah melalui pembakaran yang selanjutnya dijadikan gamping. Gamping hasil olahan tersebut kemudian bila dicampur sedikit air akan menjadi semacam tepung gamping. Tepung gamping tersebut biasanya berfungsi sebagai perekat atau semacam semen yang dicampurkan dengan pasir dan kadang ditambah semen merah untuk pembangunan gedung. Bisa juga berfungsi sebagai cat tembok. Biasanya berwarna putih. Di samping itu, William Pratama dan Edi Santoso menjelaskan bahwa batu kapur tersebut pada industri batu kapur yang lain diolah menjadi tepung (meal) dan sebagai bahan bangunan dengan nama dagang dolosit. Meal tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan baku pada industri genteng. Sedang dolosit itu sendiri gamping yang sebenarnya juga sudah diolah menjadi tepung. Hanya tepung (meal) yang diberi nama dagang dolosit itu biasanya untuk perekat atau semacam semen putih. Fungsinya sama persis dengan gamping. Uraian berikut merupakan tulisan mereka.


Data tentang industri gamping

Nama pemilik : Kasenu

Lokasi : Jln. Teuku Umar no.2 RT 05/RW 12 DusunTempur Desa/Kecamatan Pagak,

Kabupaten Malang Tahun berdiri : 1982

Luas lahan :16m x 16m

Jenis : Industri Sedang (klasifikasi industriberdasarkan jumlah tenaga kerja: 20—99orang).

Produksi : 21ton dalam sekali bakar pada satu jobong.


Industri gamping adalah industri yang membakar batu untuk dijadikan gamping yang dipakai sebagai perekat bahan bangunan. Industri ini merupakan usaha turun-temurun yang sampai sekarang masih tetap berdiri. Industri ini memilki dua tempat pembakaran gamping yang masing-masing menghasilkan 21ton gamping.


1. Bahan baku dan cara memperolehnya:

a. Batu Kapur

Batu kapur merupakan bahan utama gamping. Batu ini dibeli dari tukang gali/penambang batu kapur yang biasanya meggalinya dari gua. Untuk membakar gamping dalam sekali proses pembakaran diperlukan Sembilan truk batu kapur. Biasanya batu kapur yang diambil berasal dari Dusun Pondokkobong atau daerah Karangputih, tetangga desa. Untuk menghasilkan gamping yang baik, batu kapur yang dipilih pun harus yang baik dan mempunyai berat yang sesuai.


2. Bahan pendukung:

a. Kayu

Kayu diperlukan untuk membakar batu kapur. Dalam satu kali pembakaran, diperlukan delapan truk kayu yang dibeli dari penebang kayu.

b. Karet

Karet juga digunakan untuk membakar batu kapur. Dalam pembakaran batu kapur, karet hanya dipakai sebagai pelengkap saja. Biasanya karet banyak dipakai ketika musim hujan karena ketika musim hujan sulit untuk mendapatkan kayu. Selain itu karet harganya relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan kayu. Perlu diketahui yang dimaksud karet ini adalah karet bekas atau karet limbah dari industri pengolahan karet.



3. Proses pembuatan gamping:

a. Sebelum batu dibakar, hal yang perlu dilaksanakan adalah membersihkan tempat untuk membakar gamping (berbentuk lubang besar) yang disebut jobong dari abu. Hal ini dilakukan agar batu yang akan dibakar nanti tidak hitam. Kegiatan ini dikerjakan oleh lima orang pekerja).

b. Setelah abu itu dibersihkan, batu kapur sebangyak sembilan truk itu kemudian ditata rapi berbentuk melingkar. Penataan batu kapur tersebut dikerjakan 20orang pekerja.

c. Batu-batu yang sudah ditata tadi, kemudian dibakar selama dua siang tiga malam. Dalam membakar gamping tidak boleh asal membakar karena .hasilnya bisa menjadi tidak terlalu bagus. Jika dalam pembakaran menggunakan karet, harus diperhatikan jumlah karet yang dibakar karena kalau kebanyakan karet pembakar, batu kapur yang ditata tadi bisa roboh. Pembakaran batu kapur ini dikerjakan oleh empat pekerja.

c. Setelah matang, keesokan harinya batu gamping dibongkar, kemudian diangkut ke truk untuk dipasarkan. Jika ada gamping yang tidak matang atau kena dingin terlalu lama maka akan menjadin kapur dan tidak laku dijual. Kegiatan pembongkaran ini dikerjakan oleh 18orang.



4. Pemasaran

Gamping ini dipasarkan ke berbagai daerah di Jawa Timur, yaitu: Pandaan, Pasuruan, Bangil, Japanan, dan Porong. Selain itu juga dijual kepada masyarakat sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar