Selasa, 06 April 2010

SINGKAPAN BATUAN PADA GUNUNG GEGER

Singkapan batuan yang tertera pada gambar ini merupakan singkapan batuan kapur (lime stone) yang terjadi pada suatu tebing kaki gunung yang bernama "gunung Geger". Singkapan ini terletak di tepi salah satu urat nadi penting yang menghubungan antara desa-desa di Malang Selatan dengan Kepanjen, calon ibukota Kabupaten Malang. Secara administratif, akses vital tersebut berada di wilayah Kecamatan Pagak.

Ditinjau dari proses penyingkapannya, bentukan itu terjadi akibat aktifitas manusia. Dengan demikian bentukan itu termasuk hasil pelapukan biologi. Kapan proses penghancuran ini berlangsung? Mengapa ini dilakukan? Dan tentunya apa singkapan itu?

Singkapan adalah terbukanya atau terlihatnya bagian tertentu dari suatu bentukan di permukaan Bumi oleh adanya tenaga eksogen (tenaga asal luar). Karena tenaga eksogen itu bersifat destruktif, maka fenomena yang terjadi juga bersifat merusak. Yaa, merusak tebing. Kejadiannya belum genap satu tahun lalu. Tebing kaki gunung Geger itu harus disingkap justru karena untuk kepentingan manusia yang tentunya bersifat positif. Agar jalan menyusurinya tidak berkelok sangat tanjam (lebih dari 180 derajat) dan lebar badan jalan pun bertambah.

Jalan raya yang berstatus jalan kabupaten tersebut menurut cerita, awalnya dibuat ketika zaman kolonial Belanda. Sampai dengan awal 2009, kelokan jalan tersebut membentuk sudut yang hampir satu lingkaran penuh. Dengan bentuk yang demikian, maka jalur ini relatif beresiko. Terlebih bagi pengendara kendaraan yang belum pernah melaluinya. Beberapa kejadian kecelakaan lalu-lintas terjadi di tempat ini. Truk bermuatan material untuk bangunan tercebut masuk ke jurang di seberang tebing tersebut. Kemudian ada lagi truk bermuatan ayam juga kecebur jurang. Di lain waktu ada pula sepeda motor pedagang ayam juga masuk jurang tersebut. Mengingat hal tersebut dan seiring meningkatnya volume serta frekuensi pengguna jalan, maka diputuskan tebing kaki gunung Geger tersebut harus dipotong. Awalnya pemotongan hanya dilakukan dengan menggunakan tenaga manual. Batuan kapur yang keras itu dihancurkan hanya dengan menggunakan pahat yang dipalu oleh beberapa orang pekerja. Mungkin maksudnya untuk banyak menyerap tenaga kerja. Namun setelah berhari-hari bekerja, hasilnya belum nampak signifikan. Untuk mempercepat pekerjaan, akhirnya tebing tersebut disingkap dengan menggunakan dinamit. Beberapa kemudian tikungan itu terasa lega. Sekarang jalan itu menjadi relatif lebih baik, walau masih tetap harus waspada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar