Sabtu, 30 Juli 2011

SUMBERDAYA ALAM HEWANI

Sektor peternakan merupakan satu jenis kegiatan sektor ekonomi dari sumberdaya alam hayati, khususnya dari sumberdaya alam hewani. Sumberdaya alam hayati sendiri menurut asalnya sering disebut dengan sumberdaya alam organik (biotik), artinya sumberdaya alam yang berasal dari makhluk hidup. Sumberdaya alam peternakan ini juga termasuk dalam sumberdaya alam yang dapat diperbaharui renewable resources), yakni melalui reproduksi. Sedangkan pengertian dari sumberdaya alam (natural resources) itu sendiri menurut K. Wardiatmoko (2004:102) adalah: " semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di Bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia".

Umumnya usaha peternakan yang dikembangkan di Indonesia, khususnya di pulau Jawa masih sebagai usaha sampingan. Usaha tersebut dikembangkan disela-sela aktifitas utamanya sebagai petani (di sektor pertanian). Lantaran itu kegiatan peternakan yang dilakukan hanya bersifat untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsistence), di samping karena terbatasnya modal dan rendahnya tingkat pengetahuan untuk mengembangkan sektor usaha ini. Mereka hanya bisa beternak dalam jumlah yang relatif terbatas. Tragisnya jumlah ternak yang terbatas itu di antaranya juga bukan milik peternak sendiri. Mereka hanya mengharapkan bagi hasil dari pemodal atau pemilik ternak yang sesungguhnya. Masih sangat terbatas masyarakat Indonesia yang benar-benar mengembangkan sektor peternakan ini sebagai usaha utamanya.

Berdasarkan jenis dan ukurannya, hewan ternak yang dikembangkan di Indonesia dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Hewan ternak besar.
Kelompok hewan ternak besar yang dikembangkan di Indonesia meliputi sapi, kerbau, dan kuda. Awalnya jenis ternak ini dikembangkan untuk dimanfaatkan tenaganya untuk menarik bajak di sawah, menarik gerobak atau delman; di samping sebagai pengangkut beban. Selanjutnya dari ternak besar ini dimanfaatkan pula daging, susu, kulit, dan kini tanduk serta tulangnya juga.
2. Hewan ternak sedang.
Kelompok hewan ternak sedang yang dikembangkan di Indonesia meliputi kambing, domba (biri-biri), dan babi. Lantaran faktor religi, khusus babi banyak diternakkan oleh kelompok masyarakat nonmuslim. Jenis ternak ini sering pula disebut sebagai jenis ternak budaya, artinya dalam pengembangan peternakan ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan (baca religi) masyarakat setempat.
3. Hewan ternak kecil.
Kelompok hewan ini yang diternakkan di Indonesia di antaranya adalah kelinci. Jenis ternak ini dikembangkan, terutama untuk diambil dagingnya dan juga untuk ternak hias. Usaha peternakan kelinci banyak dikembangkan di Sarangan (Kabupaten Magetan), Tawangmangu (Kabupaten Karanganyar), Kota mBatu, dan Kabupaten Malang,
4. Hewan ternak unggas.
Kelompok hewan ternak unggas yang dikembangkan di Indonesia meliputi ayam, bebek (itik), entog (itik srati), angsa, dan burung. Hewan ternak ayam, bebek, entog, angsa, dan burung puyuh dimanfaatkan untuk diambil telur, daging, dan bulunya. Sedang beberapa jenis burung lainnya diternakkan untuk dinikmati keindahan suara dan/atau bulunya sebagai burung kegemaran; misalnya perkutut, punglor, murai, dan sebagainya. Akhir-akhir ini mulai dikembangkan pula peternakan burung unta yang didatangkan dari daratan Afrika. Burung unta ini banyak diternakkan di Nusa Tenggara.

Di samping pengelompokan di atas, kini telah ada pula yang mengembangkan usaha peternakan hewan-hewan tertentu. Hewan-hewan tertentu itu antara lain buaya, kijang, ayam bekisar (persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung untuk dinikmati keindahan suaranya), dan beberapa hewan lainnya.

Sumber:
- Akhwan, Nur Hasan. 2004. Geografi 2b (Lembar Kerja dan Tugas Siswa). Surabaya: Bintang Karya.
- Salladien. 1982. Geografi dan Kependudukan. Surabaya: Bina Ilmu.
- Waluya, Bagja. 2007. Geografi 2 SMA/MA. Bandung: Armico.
- Wardiyatmoko, K. 2004. Geografi SMA 2. Ciracas, Jakarta Timur: Erlangga.

1 komentar:

  1. menurut saya, permasalahan peternakan tradisional yang paling besar adalah masalah sanitasi kandang dan cara pemberian pakan. Sehingga menimbulkan masalah kesehatan pada ternak yang merugikan peternak itu sendiri. Seperti misalnya scabies (gudiken), cacingan, dan bahkan bloat (kembung rumen). Sebenarnya para peternak tahu cara menjaga kesehatan hewannya, tetapi masalah lain yang muncul adalah waktu. Mereka rata2 tidak memiliki banyak waktu untuk menjaga sanitasi kandang dan menjaga kebersihan ternaknya. Semoga bermanfaat pak :D

    BalasHapus