Jujur, sesungguh bingung untuk memulai tulisan ini. Mau mengatakan semakin banyaknya mobil baru berharga ratusan juta Rupiah, bahkan milyaran Rupiah berlalu-lalang di jalanan Indonesia yang semakin padat, tetapi ternyata semakin banyak saja rakyat Indonesia yang hidupnya terpuruk. Mereka fakir lagi miskin. Menurut ahli bahasa, kata fakir dan miskin berasal dari bahasa Arab. Fakir artinya tidak memiliki harta yang memadai, sedang miskin artinya yang perlu dikasihani. Masih banyak di antara mereka yang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja tidak bisa.
Masih ada di antara rakyat Indonesia yang terpaksa harus makan nasi aking (bahasa Jawa). Nasi tersebut berasal dari nasi sisa atau nasi basi yang kemudian dikeringkan melalui penjemuran. Setelah kering, nasi itu dimasak kemudian setelah matang, baru dimakan. Lauknya? Mereka tak memusingkan empat sehat lima sempurna. Bagi mereka pokok makan dan perut bisa terisi. Syukur bisa kenyang.
Tidak sedikit rakyat Indonesia yang tidak memiliki tempat bernaung (baca: rumah) yang layak. Sementara ada orang yang memiliki rumah lebih dari satu. Terlebih dengan semakin menjamurnya pembangunan permukiman di perkotaan. Entah apapun tendensinya. Di lain pihak, masih banyak saudara sebangsa dan setanah air yang terpaksa hidup dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Mereka ini bukan orang yang banyak memiliki rumah. Bukan pula karena hidupnya nomaden. Mereka adalah kontraktor. Kontraktor ini jangan diartikan orang yang memiliki perusahaan yang menangani pembangunan perumahan. Disebut kontraktor (bahasa kelakar) karena mereka selalu mengontrak rumah untuk menaungi diri dan keluarganya. Maklum hal itu terpaksa dilakukan karena mereka tidak mampu membeli rumah dengan tunai ataupun dengan cicilan. Tidak jarang mereka harus berpindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Biasanya hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk mencari biaya kontrak yang lebih murah. Ternyata itu masih beruntung. Ada di antara mereka yang tak mampu memayar kontrak dan terpaksa membangun permukiman di areal yang bukan untuk itu. Mereka terpaksa dan tak segan-segan membangun permukiman di sepanjang tepian rel keretaapi, tepian sungai, dan bahkan di bawah jembatan. Biasanya mereka adalah kaum urbanis yang secara ekonomi gagal dalam mengarungi kerasnya kehidupan di kota, terutama di kota-kota besar. Belum lagi yang mereka itu tinggal di rumah sendiri tetapi tak layak huni. Belakangan muncul rumah gerobag. Gerobag kerja yang juga berfungsi sebagai tempat tinggal. Mereka hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Anak jalanan, pengemis, dan gelandangan juga mewarnai kehidupan di berbagai kota di negeri ini. Belum lagi banyaknya angkatan kerja yang terombang-ambing dalam mencari kerja. Persaingan dalam mencari kerja menjadi tidak sehat. Ada yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pekerjaan. Bagi yang sudah bekerja juga harus gigit jari karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Di lain pihak menciptakan kerja sendiri (kewirausahaan) juga tak semudah membalikkan tangan. Memang ada juga yang berhasil. Fenomena pengangguran juga tak terelakkan. Sementara itu bekerja di perdesaan juga buka tanpa masalah. Terlebih bagi para petani dan buruh tani yang hanya mengandalkan irama musim. Terbatasnya kepemilikan lahan juga menjadi permasalahan tersendiri. Terlebih di pulau Jawa. Petani di Jawa terkenal lapar lahan. Mereka menggarap lahan yang semestinya bukan untuk lahan pertanian. Lereng-lereng curam, bahkan terjal mereka olah menjadi lahan pertanian demi menghidupi keluarga.
Terbatasnya pendapatan mereka juga berpengaruh terhadap pendidikan anak-anak mereka. Tidak sedikit di antara mereka yang terpaksa putus sekolah, walau sebenarnya mempunyai potensi kecerdasan yang lebih. Suatu hari saya menerima sms dari seorang lulusan SMA yang isinya dia terpaksa mengundurkan diri untuk masuk sebuah perguruan tinggi terkenal gara-gara orangtuanya tidak mampu membayar uang masuk. Saya tidak tahu mau berbuat apa. Karena bingung, sms itu tidak saya balas.
Sebelumnya saya juga pernah ditelepon seorang saudara yang isinya minta bantuan untuk biaya pengobatan. Saudara itu cerita bahwa dia diminta oleh dokter untuk operasi karena ada benjolan di salah satu bagian tubuhnya. Seketika hati juga merasa iba, namun karena belum memiliki uang yang cukup, maka saya sanggupi permintaan itu lain waktu. Kemudian saya bertanya, bagaimana kalau menggunakan semacam asuransi atau jaminan kesehatan bagi warga miskin? Saudara itu mengatakan kalau dia tidak memiliki kartu semacam itu.
Lantas, apakah pemerintah hanya berpangku tangan untuk itu semua? Jawabannya tidak! Pemerintah telah berupaya mengatasi segala permasalahan itu. Juga permasalah-permasalahan lain yang bertumpuk seperti yang saban hari ditayangkan di layar televisi tanpa harus disebutkan satu per satu. Anggaran untuk pendidikan telah meningkat. Berbagai upaya untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia terus dilakukan. Berbagai bantuan dikucurkan. Bagi siswa yang tidak mampu tetapi berprestasi, pemerintah menyediakan beasiswa Bidik Misi mulai tahun 2010 lalu. Sedang mulai tahun ini ada lagi beasiswa yang diberikan atas kerjasama antara Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Di samping itu banyak lembaga-lembaga non pemerintah yang juga punya perhatian untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak Indonesia, seperti Sampoerna, Jarum, Gudang Garam, dsb. Belum lagi perorangan dan kelompok-kelompok alumni perguruan tinggi. Pertanyaan yang muncul, mengapa ada anak yang urung masuk perguruan tinggi? Anak tersebut di atas memang pada awalnya memang tidak mendaftar ke perguruan tinggi jalur yang berbeasiswa Bidik misi.
Usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan pun dilakukan pemerintah. Usut punya usut tak memiliki kartu pelayanan gratis bagi keluarga miskin.
Walau demikian memang masih banyak yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan demi menggapai kesejahteraan dan keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu pada usia negeri tercinta yang genap 66 tahun ini seluruh elemen bangsa ini perlu introspeksi diri dan memiliki tekat yang bulat untuk mewujudkan hal tersebut di atas. Terlebih saat ini berada pada bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan ini. Indonesia pernah disebut sebagai salah satu macan Asia bersama Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Korea Selatan. Macan Asia adalah sebutan bagi negara-negara industri baru di benua Asia seperti yang disebutkan di atas. Kabarnya sebutan itu telah tanggal bagi Indonesia. Bahkan China dan India muncul sebagai negara indutri baru di Asia.
Pada usia yang ke-66 ini kita harus bangkit. Terlebih Indonesia merupakan negeri yang memiliki banyak potensi kekayaan dan keistimewaan, baik dari segi lithosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfernya.
Dari segi lithosfernya, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan mineral dan bahan galian, serta energi yang melimpah-ruah. Barang tambang emas, perak, tembaga, timah, besi, alumunium dan lain-lainnya tersimpan di berbagai wilayah kepulauan di Indonesia yang berjumlah lebih dari 17.000 pulau itu. Belum lagi sumber energi dari lithosfer seperti panas Bumi, gas alam, minyak Bumi, dan batubara. Rangkaian pegunungan vulkanik menghasilkan tanah yang subur bagi lapisan pedosfernya dan dengan berbagai jenis tanahnya yang tentunya bisa melantarkan berbagai jenis tanaman tumbuh di atasnya. Dari segi atmosfernya, Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang juga beriklim musim. Indonesia hanya memiliki dua musim musim penghujan dan kemarau yang sangat menguntungkan. Belum lagi variasi iklim lokal yang baik untuk pertanian dan perkebunan. Indonesia juga terbebas dari pengaruh salju dan angin siklon yang merugikan. Potensi angin yang ada bisa dikembangkan menjadi sumber energi alternatif. Demikian pula sinar Matahari yang memancar sepanjang tahun juga bisa mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit. Panjang siang dan malam yang relatif sama juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Belum lagi dari segi hidrosfernya. Dari segi ini, Indonesia merupakan negara perairan yang terluas. Lebih dari 70% luas wilayahnya berupa laut, sehingga selayaknya bila disebut negara maritim dengan kekayaan laut yang melimpah-ruah, baik berupa kekayaan ikannya, minyak Bumi lepas pantai, keindahan terumbu karang, dsb. Sedangkan dari segi biosfernya, Indonesia merupakan negeri yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik dari flora dan faunanya. Berbagai flora dan fauna endemik hidup di Indonesia. Bahkan flora dan fauna dari luar Indonesia pun bisa hidup dan berkembang baik negeri bak permadani yang menghijau di khatulistiwa ini. Tak kalah penting dari segi antroposfernya. Negeri berpenduduk lebih dari 240 juta jiwa ini merupakan asset tersendiri bagi modal dasar pembangunannya. Penduduk dengan beranekaragam budayannya itu dapat dikembangkan sebagai man power untuk memajukan negeri tercinta. Singkatnya, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia karunia Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa ini sungguh merupakan modal dasar pembangunan. Pembangunan segala bidang demi tercapainya cita-cita masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.
Dirgahayu ke-66 negeriku! Mari kita singsingkan lengan baju demi hari esok Indonesia yang cerah. Mari kita gapai kemerdekaan ini dengan arti sebenar-benarnya. Jayalah Indonesiaku. Semoga Allah SWT meridhainya. Amiyn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar