Uraian berikut mengetengahkan bentuk tak lazim dari buah nangka. Bentuk tak lazim seperti yang nampak pada gambar di atas. Menurut dugaan penulis, bentuk tersebut lantaran pertumbuhan yang tak sempurna pada buah nangka tersebut. Hal ini terjadi lantaran curah hujan yang tinggi dan berlangsung hampir setiap hari terus menerus sepanjang tahun 2010 hingga April 2011 ini. Ini masih beruntung. Buah nangka tersebut masih bisa berkembang. Pada beberapa pohon nangka, banyak bunga yang gugur hingga tak terjadi pembuaahan. Kalaupun jadi buah, buah tersebut banyak yang mengalami pembusukan sebelum matang. Apakah ini ada hubungannya dengan pengaruh gangguan iklim terhadap pertumbuhan nangka? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu perlu dilakukan penelitian.
Sabtu, 30 April 2011
PENGARUH GANGGUAN IKLIM TERHADAP PERKEMBANGAN BUAH NANGKA
Uraian berikut mengetengahkan bentuk tak lazim dari buah nangka. Bentuk tak lazim seperti yang nampak pada gambar di atas. Menurut dugaan penulis, bentuk tersebut lantaran pertumbuhan yang tak sempurna pada buah nangka tersebut. Hal ini terjadi lantaran curah hujan yang tinggi dan berlangsung hampir setiap hari terus menerus sepanjang tahun 2010 hingga April 2011 ini. Ini masih beruntung. Buah nangka tersebut masih bisa berkembang. Pada beberapa pohon nangka, banyak bunga yang gugur hingga tak terjadi pembuaahan. Kalaupun jadi buah, buah tersebut banyak yang mengalami pembusukan sebelum matang. Apakah ini ada hubungannya dengan pengaruh gangguan iklim terhadap pertumbuhan nangka? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu perlu dilakukan penelitian.
Jumat, 29 April 2011
AWAN SIROKUMULUS DAN GANGGUAN IKLIM
Keadaan cerah tersebut berlangsung sekitar dua hari. Hal demikian sempat membuat gundah seorang petani yang kala itu sedang menanam jagung. Dia sempat bertanya, apakah keadaan seperti ini terus berlangsung? Artinya sudah memasuki musim kemarau. Terlebih ketika itu juga didengar pula kemunculan suara serangga yang nama lokalnya 'gareng atau garengpung'. Perlu diketahui, orang Jawa memiliki patokan tertentu untuk memprediksi datangnya suatu musim. Misalnya untuk musim kemarau, tanda-tanda yang sering dipakai oleh orang Jawa adalah munculnya fenomena awan tinggi, munculnya suara serangga yang disebut di atas, dan munculnya bunga pada beberapa jenis tumbuhan tertentu, yakni munculnya bungai turi, randhu, dan dhadhap.
Fenomena tersebut sekilas nampaknya seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat dalam sebuah acara televisi. Dalam acara tersebut beliau mengatakan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada bulan Maret dan sebagian yang lain pada bulan April. Hal ini juga beralasan karena pada tanggal 21 Maret, gerakan semu tahunan Matahari berada tepat di atas khatulistiwa yang selanjutnya bergerak ke utara menuju 23,5 derajat Lintang Utara. Namun realitanya tidak demikian. Sampai akhir April ini hujan deras terus berlangsung di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah hingga terjadi banjir dan dan tanah longsor. Ketidaklaziman ini apakah masih terkait dengan gangguan iklim yang terkait dengan gejala La Nina di Indonesia?
Rabu, 27 April 2011
KUPU-KUPU HITAM
'nuansa masel' kali ini tidak akan membahas tentang ulat bulu tersebut di atas, namun lebih pada makhluk hidup yang sudah berada pada wujud terakhir dalam rangkaian siklus hidup bermetamorfose, yakni menjadi kupu-kupu. Makhluk hidup yang kemudian termasuk serangga ini sangat disenangi manusia, berbeda sekali ketika masih jadi ulat. Klasifikasi ilmiah menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas bahwa kupu-kupu termasuk kerajaan animalia, divisi rhopalocera, filum arthropoda, kelas insekta, ordo lepidoptera. Masih menurut Wikipedia, lepidoptera berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti sayap. Dengan demikian lepidoptera berarti serangga bersayap sisik. Kupu-kupu termasuk binatang yang aktif pada siang hari (diumal).
Kupu-kupu hitam dengan ujung berwarna kebiruan metalik ini saya potret dengan kamera saku pinjaman merk Sony tipe DSC-W 150 di belakang rumah, ketika asyik minum air genangan dengan jarak sekitar 4,5m dari obyek. Penulis hanya sempat memotret sekali dari arah belakang obyek. Ketika penulis bergerak untuk memotret dari arah depan, kupu-kupu tersebut buru-buru terbang dengan tidak sampai menuntaskan minumnya. Mungkin kupu-kupu tersebut tahu gerakan penulis. Penulis sedikit kecewa karena hanya memperoleh satu rekaman gambar kupu-kupu yang menurut penulis termasuk langka ini. Jarang sekali penulis menemukan kupu-kupu dengan warna seperti itu, walau menurut Wikipedia ada 600 spesies kupu-kupu di pulau Jawa dan Bali. Penulis mencoba mencari hal-hal yang berkaitan dengan kupu-kupu hitam ini di google dan Wikipedia. Walau belum sepenuhnya saya mencari, ternyata yang saya temukan hanya kupu-kupu hitam dengan totol putih. Penulis tidak menemukan seperti gambar di atas. Ataukah kupu-kupu tersebut merupakan jenis atau varietas baru?
Penulis juga menyesal sebelum mem-posting-kannya. Penyesalan itu disebabkan oleh tindakan penulis sendiri untuk memotong bagian tepi gambar tersebut. Semula penulis beranggapan bahwa bagian tepi itu tidak penting dan mengganggu, karena obyeknya terlihat kecil dibanding hal-hal yang ada di sekelilingnya. Tetapi ternyata hal itu salah.
Walau bagaimanapun juga, obyek ini tetap penting mengingat kupu-kupu merupakan bagian dari lapisan kehidupan di muka Bumi yang sering disebut biosfer. Dalam kehidupan sehari-hari, kupu-kupu berfungsi membantu proses penyerbukan ketika kupu-kupu tersebut mencari madu atau nektar yang ada pada bunga untuk dijadikan makanannya.
Sumber:
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Kupu-kupu. http://id.wikipedia.org/wiki/Kupu-kupu_dan_ngengat
Selasa, 26 April 2011
MATERIAL RUNTUHAN KLIF
Senin, 25 April 2011
FOSIL KAYU
Dalam sebuah acara televisi, penulis pernah menyaksikan tayangan tentang perburuan fosil kayu. Ada tiga pihak yang terlibat berkaitan dengan fosil yang satu ini. Pihak pertama adalah orang-orang yang berprofesi sebagai sebagai pemburu fosil. Pihak kedua adalah para pengepul yang sekaligus sebagai pedagang fosil. Sedangkan pihak ketiga adalah para pembeli yang sekaligus sebagai kolektor fosil. Hanya biasanya mereka cendurung mencari fosil kayu yang ukurannya relatif besar.
Dalam mencari fosil biasanya para pemburu membentuk kelompok yang satu kelompoknya terdiri dari sekitar 5--10orang anggota. Berbekal pengalaman, mereka akan mencari tempat-tempat yang dicuriagai mengandung fosil. Setelah menemukan tempat yang diduga mengandung fosil yang dimaksud, maka penggalian dimulai. Tidak jarang mereka menemukan fosil pangkal batang suatu pohon beserta akar-akarnya. Jika sudah tergali, mereka akan menaikkan ke atas galian. Kalau keadaan medannya memungkinkan, dalam menaikkan fosil tersebut para pemburu fosil menggunakan derek atau katrol. Tetapi kalau medannya sulit, terpaksa menggunakan tenaga manual. Fosil diangkat beramai-ramai menggunakan tali dan peralatan sederhana. Jika fosil kayu tersebut ukurannya besar dan ditambah bentuknya indah, serta fosilnya relatif utuh, maka fosil tersebut akan laku dengan harga tinggi. Kisaran harganya antara puluhan sampai ratusan juta rupiah. Ada yang berminat?
Minggu, 24 April 2011
BUAH NAGA
Tanaman buah naga atau kaktus naga ini, sekarang sedang ngetren dikembangkan oleh para petani holtikultura di Indonesia, khususnya di Kabupaten Malang dan mBlitar yang notabene iklimnya sangat bertolak belakang. Namun demikian tanaman tersebut bisa hidup dan berkembang biak dengan baik, bahkan bisa berbuah.
Rupanya tanaman ini memiliki kemampuan preadaptasi yang luar biasa baik. Betapa tidak, ditinjau dari faktor iklim (klimatik), tumbuhan ini biasa hidup di daerah beriklim kering/setengah kering dengan temperatur udara yang ekstrim dan curah hujan yang kurang sampai sangat kurang (< 250mm/tahun). Namun nyatanya tumbuhan tersebut mampu hidup di daerah (di Indonesia) yang curah hujannya berkisar antara 1.000mm sampai lebih dari 2.000mm/tahun. Dari faktor keadaan tanah (edafik), tumbuhan ini biasa hidup di tanah yang bertekstur pasir, tapi nyatanya tumbuhan ini bisa hidup di daerah Malang dan mBlitar yang tanahnya bertektur debu (tanah abu vulkanik), bahkan bertekstur liat/lempung di tanah yang berbatuan induk gamping/kapur. Sedang dari faktor fisiografik, buah naga tersebut bisa hidup di daerah ketinggian. Sekedar diketahui, bahwa ketinggian rata-rata daerah Kabupaten di atas 350m di atas permukaan laut.
Untuk menunjang hidupnya, tumbuhan ini memerlukan tegakan penopang. Biasanya para petani buah naga memberikan tegakan penopang tumbuhan ini dengan beton bertulang, pipa paralon yang dicor dengan semen, bambu, atau tumbuhan penyangga. Hal ini dilakukan karena tumbuhan ini rupanya termasuk tumbuhan pemanjat/merambat (liana). Sesuai habitatnya, agar tumbuhan ini bisa hidup baik dan bisa berbuah, maka tumbuhan ini harus ditanam di lahan terbuka yang menerima terik sinar Matahari secara langsung.
Herannya, dari pengamatan penulis, tumbuhan ini justru berbunga dan berbuah pada saat musim penghujan. Masa mekarnya bunganya pun berlangsung singkat. Hanya berlangsung beberapa menit, ketika pagi hari. Setelah itu bunga menguncup kembali dan melayu, hingga akhirnya terbentuk buah. Hal ini dibenarkan oleh seorang teman yang menekuni usaha pembudidayaan buah naga ini. Menurut teman yang juga sebagai ketua kelompok tani Desa Tlogosasi Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang ini, bahwa masa berbuah tanaman ini selama musim penghujan terus menerus. Jadi selama enam bulan penuh! Tanaman ini siap berbuah setelah berumur satu tahun. Teman yang juga pensiunan guru tersebut menambahkan bahwa ada tiga varietas buah naga yang ada di Indonesia, yakni buah naga yang daging buahnya putih, kuning, dan merah. Sedang yang paling mahal harganya adalah yang daging buahnya berwarna merah. Per akhir Maret lalu, beliau menjuah hasil panenannya Rp 25.000/kg kepada pedagang yang datang dari Surabaya dengan pembayaran tunai. Biasanya para pedagang tersebut datang dengan langsung membawa truk. Semoga usaha ini bisa untuk memanfaatkan potensi lahan yang masih banyak sebagai lahan tidur yang sekaligus untuk meningkatkan keanekaragaman usaha tani dan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Muaranya, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat.
Jumat, 22 April 2011
CERUK DASAR KLIF DAN RUMPUT LAUT

Gambar yang tersaji di atas merupakan bagian dari daerah pantai/pesisir Ngliyep, Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Bagian perairan laut dangkal di sekitar ceruk banyak ditumbuhi ganggang/rumput laut. Ganggang/rumput laut tropis yang memang hanyak hidup di sekitar daerah tersebut. Ketika air laut mengalami pasang surut seperti yang nampak pada gambar, ganggang/rumput laut tersebut yang teronggok di sekitar ceruk. Sayang, potensi sumberdaya alam ini belum dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar. Memang ada sekelompok kecil dari mereka yang telah memanfaatkannya. Mereka pun hanya sekedar mengambil tersedia di alam, lingkungan mereka. Padahal menurut penuturan seseorang yang pernah berprofesi sebagai pengumpul ganggang/rumput laut, bahwa tumbuhan laut itu belum tentu setiap saat ada. Pada saat tertentu, tumbuhan tersebut tidak nampak dan pada saat yang lain, di bulan-bulan berikutnya nampak hidup subur di perairan dangkal di sekitar ceruk klif. Belum ada di antara pengumpul ganggang/rumput laut tersebut yang berusaha membudidayakan, walau di berbagai tempat lain di Indonesia usaha tersebut sudah banyak dilakukan.
Keterangan foto:
Dokumentasi Ayun Finanti.
Rabu, 20 April 2011
HAFF
Posting ini berkaitan dengan pertanyaan seorang teman tentang tanda (X) yang tertera pada gambar soal nomor 23 Uji Coba (Try Out) Ujian Nasional Ke-3 SMA Kabupaten Malang Tahun 2010/2011. Isi soal tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Tanda (X) pada gambar di bawah ini adalah.....

A. haff
B. nehrung
C. tombolo
D. delta
E. muara
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengerti tentang konsep yang tertera pada masing-masing pilihan jawaban, mulai dari A sampai E. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
A. Haff adalah danau berair payau atau asin di daerah pantai/pesisir yang terbentuk lantaran perairan pantai/pesisir terhalang oleh gosong (endapan pasir) yang berbentuk memanjang. Sedangkan menurut Moh. Ma'mur Tanudidjaja dan Omi Kartawidjaja (1986:305) adalah "lagun yang terbentuk di muara sungai yang dihalangi oleh spit (nehrung). Memang nama lain dari haff ini adalah laguna/lagun (lagoon). Menurut M.A. Marbun (1982:88) "laguna adalah air (laut) dangkal, kadang-kadang luasnya beberapa mil, sering merupakan teluk atau danau, terletak di antara pulau penghalang dengan pantai. Air laut di dalam atol disebut juga laguna".
B. Nehrung menurut Moh. Ma'mur Tanudidjaja dan Omi Kartawidjaja (1986:304) bahwa nehrung merupakan sebutan lain untuk spit yang ada di pantai laut Baltik.
Adapun pengertian dari spit atau pacak atau nehrung itu sendiri menurut M.A. Marbun (1982:137) adalah "sejenis gosong (sandbar) yang biasanya terdapat di muara sungai berbentuk estuarium ataupun di teluk, tetapi bentuknya yang khusus ialah bahwa salah satu ujungnya bersambung dengat daratan. Sedangkan menurut Nur Hasan Akhwan (tanpa tahun:83) bahwa spit merupakan bentuk pengendapan yang memanjang terdapat di teluk dan salah satu ujungnya bersambung dengan daratan.
C. Tombolo adalah gosong (endapan pasir) yang memanjang, menghubungkan daratan (pulau utama) dengan pulau kecil di seberangnya.
D. Delta adalah bentuk endapan di muara sungai yang berbentuk etuarium (corong). Material endapan ini disebut delta karena bentuknya mirip huruf delta pada abjad Yunani.
E. Muara adalah tempat pertemuan antara air sungai dengan air laut.
Dengan penjelasan di atas maka jawabannya adalah: A (haff).
Sumber:
- Akhwan, Nur Hasan. Tanpa Tahun. Geografi Xb, Lembar Kerja dan Tugas Siswa. Surabaya: Bintang Karya.
- Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
- Ma'mur Tanudidjaja, Moh. dan Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi. Bandung: Ganeca Exact.
Tanda (X) pada gambar di bawah ini adalah.....

A. haff
B. nehrung
C. tombolo
D. delta
E. muara
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengerti tentang konsep yang tertera pada masing-masing pilihan jawaban, mulai dari A sampai E. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
A. Haff adalah danau berair payau atau asin di daerah pantai/pesisir yang terbentuk lantaran perairan pantai/pesisir terhalang oleh gosong (endapan pasir) yang berbentuk memanjang. Sedangkan menurut Moh. Ma'mur Tanudidjaja dan Omi Kartawidjaja (1986:305) adalah "lagun yang terbentuk di muara sungai yang dihalangi oleh spit (nehrung). Memang nama lain dari haff ini adalah laguna/lagun (lagoon). Menurut M.A. Marbun (1982:88) "laguna adalah air (laut) dangkal, kadang-kadang luasnya beberapa mil, sering merupakan teluk atau danau, terletak di antara pulau penghalang dengan pantai. Air laut di dalam atol disebut juga laguna".
B. Nehrung menurut Moh. Ma'mur Tanudidjaja dan Omi Kartawidjaja (1986:304) bahwa nehrung merupakan sebutan lain untuk spit yang ada di pantai laut Baltik.
Adapun pengertian dari spit atau pacak atau nehrung itu sendiri menurut M.A. Marbun (1982:137) adalah "sejenis gosong (sandbar) yang biasanya terdapat di muara sungai berbentuk estuarium ataupun di teluk, tetapi bentuknya yang khusus ialah bahwa salah satu ujungnya bersambung dengat daratan. Sedangkan menurut Nur Hasan Akhwan (tanpa tahun:83) bahwa spit merupakan bentuk pengendapan yang memanjang terdapat di teluk dan salah satu ujungnya bersambung dengan daratan.
C. Tombolo adalah gosong (endapan pasir) yang memanjang, menghubungkan daratan (pulau utama) dengan pulau kecil di seberangnya.
D. Delta adalah bentuk endapan di muara sungai yang berbentuk etuarium (corong). Material endapan ini disebut delta karena bentuknya mirip huruf delta pada abjad Yunani.
E. Muara adalah tempat pertemuan antara air sungai dengan air laut.
Dengan penjelasan di atas maka jawabannya adalah: A (haff).
Sumber:
- Akhwan, Nur Hasan. Tanpa Tahun. Geografi Xb, Lembar Kerja dan Tugas Siswa. Surabaya: Bintang Karya.
- Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
- Ma'mur Tanudidjaja, Moh. dan Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi. Bandung: Ganeca Exact.
Senin, 18 April 2011
GAMBAR LAIN DARI PANTAI KLIF
Keterangan foto:
Dokumentasi Di'i Yuwono
Minggu, 17 April 2011
PANTAI KLIF
Gambar di atas menunjukkan adanya dua pantai klif yang saling berhadapan di antara lorong air yang terus mengabrasi bagian dasarnya. Lorong air tersebut juga berfungsi untuk memutahkan endapan pasir yang dibawa gelombang (swash) di lingkungan pantai klif tersebut. Pada beberapa daerah, pantai klif yang memiliki lubang-lubang atau cerukan-cerukan sering dimanfaatkan oleh burung walet dan/atau sriti untuk bersarang. Satu contoh, pantai klif di Karangbolong, Kabupaten Kebumen. Oleh masyarakat setempat, potensi tersebut dikelola dengan baik sebagai suatu usaha yang menguntungkan. Sarang walet dan/atau sriti yang terbuat dari air liurnya ini dijadikan komoditas ekspor, sedang kotorannya dimanfaatkan untuk pupuk.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan pelajaran Geografi SMA untuk kelas X (sepuluh), semester 2 (dua) pada standar kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer dengan kompetensi dasar: 3.1 Menganalisis dinamika kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi. Adapun materi pembelajarannya adalah: Lithosfer pada submateri tenaga eksogen, khususnya berkaitan dengan pengikisan. Pada beberapa buku Geografi SMA/MA, materi ini sering pula dimasukkan pada kompetensi dasar yang berkaitan dengan Hidrosfer, materi pembelajaran Hidrosfer.
Sumber:
- Ma'mur Tanudidjaja, Moh. dan Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi. Bandung: Ganeca Exact.
- BNSP dan Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
- Beberapa sumber buku lainnya.
Keterangan foto:
Dokumentasi Dii Yuwono dengan obyek klif di pantai Kundangiwak Kabupaten Malang.
STACK
Deskripsinya sebagai berikut. Perairan laut (yang bergelombang besar--samudera) mengabrasi daerah pantai (pesisir) yang bermorfologi pegunungan. Pegunungan tersebut dari waktu ke waktu terkikis oleh desakan gelombang air laut (swash) dan desakan gelombang balikan setelah menghantam kaki pegunungan pantai (backwash). Kikisannya tersebut menghasilkan pantai tegak (klif). Uraian selengkapnya tentang pantai klif (cliff), juga gua pantai (cave)dapat disajikan pada posting berikutnya. Insya Allah.
Dasar klif kemudian diabrasi hingga menghasilkan gua-gua pantai. Jika abrasi itu menghasilkan gua yang memiliki dua pintu (gua-gua yang saling bertemu), maka akan menghasilkan lengkungan gua pantai yang besar (arch). Jika bagian langit-langit yang melengkung (arch) tersebut terkikis dan kemudian terpisah, maka terbentuklah tiang kokoh menjulang yang terpisah dari daratan utama. Inilah yang kemudian disebut stack. Stack ini bisa terpisah ratusan kilometer dari tempat asalnya.
Stack yang tertera pada gambar di atas merupakan dua dari ratusan, bahkan ribuan stack yang ada di selatan pulau Jawa. Belum stack lain yang tersebar di pantai barat Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, dan berbagai tempat lain di Indonesia. Gambar dua stack di atas merupakan stack yang berada di perairan lepas pantai, arah barat pantai (pelabuhan perikanan) Sendangbiru yang sekaligus juga arah barat daya pulau Sempu.
Rasanya sampai saat ini belum ada pihak yang meneliti tentang potensi dari stack tersebut. Misalnya, potensi mineral apa yang menyusun batuan pada stack tersebut hingga tak mudah terkikis oleh abrasi air laut. Juga kegunaannya bagi kehidupan manusia. Kalaupun ada mungkin hanya sekedar digunakan untuk tanda pengenal suatu daerah tertentu bagi para pelaut, atau untuk mendirikan mercu suar. Ada yang berminat meneliti sebelum menjadi tunggul (stump)?
Posting tersebut di atas berkaitan dengan pelajaran Geografi SMA untuk kelas X (sepuluh), semester 2 (dua) pada standar kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer dengan kompetensi dasar: 3.1 Menganalisis dinamika kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi. Adapun materi pembelajarannya adalah: Lithosfer pada submateri tenaga eksogen, khususnya berkaitan dengan pengikisan. Pada beberapa buku Geografi SMA/MA, materi ini sering pula dimasukkan pada kompetensi dasar yang berkaitan dengan Hidrosfer, materi pembelajaran Hidrosfer.
Sumber:
- Ma'mur Tanudidjaja, Moh. dan Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi. Bandung: Ganeca Exact.
- BNSP dan Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
- Beberapa sumber buku lainnya.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek stack di Sendangbiru Kabupaten Malang.
Jumat, 15 April 2011
BATUKAPUR
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan batuan kapur. Umumnya berupa pegunungan kapur yang tersebar di berbagai Provinsi, yakni di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; Penen--Medan dan Tarutung (Sumatera Utara, berupa endapan air panas); Karangputih (Sumatera Barat, berupa endapan berlapis); Karangnunggal (Jawa Barat, berupa endapan berlapis lensa), Kuripan--Bogor, Cipanas, Cirebon (Jawa Barat, berupa fresh water limestone), dan di berbagai daerah di Jawa Barat lainnya; berbagai daerah di Jawa Tengah; Bluto--Madura (berupa endapan berlapis), pulau Madura pada umumnya, dan berbagai daerah di Jawa Timur; berbagai daerah di Kalimantan Barat; dan di Tonasa (Sulawesi Selatan, berupa endapan berlapis), serta di berbagai tempat lainnya di Indonesia.
Pemanfaatan batukapur dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk batu pondasi bangunan, bata (batu kumbung), pengeras jalan, dan serbuk kapur. Di samping itu batukapur digunakan pula sebagai bahan mentah dalam industri semen Portland, semen Roma, kalk zandsteen, dan semen alam. Dalam industri keramik, batukapur dipakai sebagai bahan mentah dalam pembuatan gelas, alat-alat dari gelas, dan email. Dalam industri gula, batu kapur digunakan untuk pembuatan kalsium. Sedang dalam industri kimia, batu kapur digunakan untuk pembuatan gas CO2, CaC, CaO, dan CaCl2. Di samping itu batukapur juga digunakan untuk pemberi warna pada industri minyak, untuk bahan-bahan kedokteran, pasta, pencegah penyakit tanaman, dan pupuk. Pada industri logam, batukapur dipakai untuk merendahkan titik lebur (flux), bahan-bahan tahan api, dan bahan cetak ofset (litografi).
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2, serta materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
- Direktorat Pertambangan, Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Dari berbagai sumber lain.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek batukapur yang ada di Malang Selatan.
BATUAPUNG
Batuapung ini berbentuk bongkahan (block), butiran, maupun pecahan (fragmen) padat halus atau kasar. Batuan beku luar ini kaya akan silika, alumina, potash, soda, dan besi oksida. Endapan batuapung bisa juga bercampur dengan diatomea, silt, atau kalkareus. Umumnya batuapung berwarna putih, abu-abu, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerahan, kekuningan, atau jingga. Batuan ini disebut batuapung karena batu ini ketika kering dapat terapung di permukaan air. Deposit batuapung bisa mencapai ketebalan lebih dari 3.300m yang berada di sekitar gunung berapi. Persebaran batuapung di Indonesia meliputi pulau Sumatera bagian tengah; Provinsi Sumateri Selatan; pulau-pulau Krakatau Provinsi Lampung; Ciomas, gunung Kiaraberes, Cicurug, dan Nagrek Provinsi Jawa Barat; serta jalur vulkanik dari bagian timur kepulauan Indonesia.
Manfaat batuapung dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan mentah dalam membuat bahan-bahan poles, logam, mortar dan beton, bata ringan, bata tahan api, sabun tangan, bahan asah, plester, berbagai filter, genteng, cat, pasta gigi, bedak, pengesat karet, pengisi aspal, dan untuk industri keramik.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2, serta materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
- Direktorat Pertambangan, Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur:Ghalia Indonesia.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek batuapung koleksi pribadi.
Kamis, 14 April 2011
BATUGRANIT

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Minggu, 10 April 2011
BATURIJANG
Jelasnya, batu rijang tersusun dari mineral opal, kalsedon, kuarsa, dan kristobalit, serta sedikit mengandun kalsit dan dolomit. Batuan ini di alam ditemukan secara berlapis-lapis berasosiasi dengan serpih dan bijih besi atau sebagi nodul-nodul dalam gamping di endapan geosinklin pada zona subduksi.
Akumulasi baturijang ditemukan di daerah Kalitekuk Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang (Jatim); di Karangsambung Kabupaten Kebumen (Jateng); dan di Purwakarta (Jabar). Baturijang di Karangsambung merupakan laboratorium lapangan (Geologi) milik LIPI.
Menilik tempat ditemukannya baturijang ini di daratan, maka dapat dipastikan bahwa tempat-tempat tersebut dahulunya berupa laut yang diperkirakan berkedalaman 120m--200m dan kemudian terangkat ke atau menjadi daratan lantaran adanya tumbukan antarlempeng litosfer (subduksi), yakni antara lempeng Erasia dan lempeng Indoaustralia.
Menurut situs resmi Museum Mpu Tantular Surabaya, bahwa sejak awal peradaban manusia, baturijang sudah banyak dimanfaatkan. Baturijang digunakan untuk membuat api (batu api), kapak genggam, matapanah, dan peralatan lain pada zaman batu. Sedang masyarakat Malang pernah menggunakannya untuk peralatan tahan api/panas, misalnya untuk membakar keramik maupun gerabah.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
- Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
- Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
- http://diktri.blogspot.com
- www.museummputantular.com
- Penuturan masyarakat Donomulyo, Kabupaten Malang.
- Sumber-sumber lain.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket batuan/mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.
Rabu, 06 April 2011
BATUBARA
Persebaran batubara di Indonesia mencakup Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalikuning--Pacitan dan Kadu-kadu--Bawean (Jawa Timur), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.
Penggunaan batubara dalam kehidupan sehari-hari untuk bahan bakar, dipakai oleh perusahaan listrik, industri semen, pembuatan pig iron, baja, gas, tir, amonia, minyak ringan, karet sintetis, detergen, plastik, parfum, obat-obatan, dll.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek koleksi pribadi yang diperoleh dari penambangan batubara di Kabupaten Tanahbumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.
KAOLIN
Bahan galian ini di Indonesia dapat ditemukan di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.
Dalam kehidupan sehari-hari, kaolin digunakan dalam industri keramik untuk membuat porselin, piring, teko, dan bahan tahan api/panas. Dalam industri kertas, kaolin berfungsi sebagaia bahan filter dan coating. Kaolin digunakan pula dalam industri tekstil, industri karet, cat, kimia, obat-obatan, semir, pasta gigi, untuk alat-alat asah, soap compoun, wall plaster, & binding agent.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kaolinit--Al4 (Si4 O1 0)(OH)8 merupakan salah satu penyusun bahan galian kaolin atau lempung. Kaolinit itu sendiri tergolong mineral silikat. Menurut Suwardi Rusyanto (97) bahwa kaolin memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sistem kristal triklin; belahan sempurna {001}; kekerasan 2; berat jenis 2,6; kilap selalu tanah (earthy); warna putih. Mineral ini di alam ditemukan sebagai mineral sekunder melalui proses pelapukan atau alterasi hidrothermal dari alumunium silikat yang berasal dari feldspar. Sebagai hasil dari dekomposisi batuan, kaolinit ditemukan dalam tanah yang kemudian terangkut dan terendapkan di danau tercampur dengan material lain. Terbentuknya dalam lapisan lempung.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
- Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Rusyanto, Suwardi. Tanpa Tahun. Mineralogi/Kristalogi (Buku Penunjang Perkuliahan). Malang: Tidak Diterbitkan.
- Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman dari Kementerian Pendidikan Nasional.
Selasa, 05 April 2011
BAUKSIT
Bahan galian ini di alam terjadi lantaran pelapukan material-material yang mengandung alumina. Endapan besar terjadi pada daerah-daerah dengan iklim tropis dan subtropis basah dengan karakteristik banyak hujan, suhu tetap sepanjang tahun dan drainase air relatif baik. Bauksit di pulau Bintan terbentuk lantaran pelapukan serpih pelitik yang sudah berubah menjadi hornfels afanitik melalui metamorfosis kontak sebagai akibat dari intrusi batuan granitik.
Daerah persebaran bauksit di Indonesia: pulau Bintan, kepulauan Lingga, pulau Kundur, dan pulau Batam (Provinsi Kepulauan Riau), Provinsi Bangka--Belitung, dan Singkawang (Provinsi Kalimantan Barat. Bauksit dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk: (1) Sebagai alumina diolah dalam industri alumunium, untuk ampelas, bahan tahan api, dan untuk industri kimia. (2) Sebagai alumunium digunakan untuk atap, alat-alat rumah tangga/alat-alat dapur, kapal terbang, kaleng, pembungkus, metalurgi, dan industri kimia.
Sifat alumunium: ringan, pengantar panas dan listrik yang baik, tahan korosi, tidak beracun, lemas, dan nonmagnetik.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.
Sabtu, 02 April 2011
OKER
Daerah persebaran oker di Indonesia mencakup Ciater, Telagawarna, Karaha, dan Kuningan (Provinsi Jawa Barat), Panggul Kabupaten Trenggalek dan Songgoriti Kabupaten Malang (Provinsi Jawa Timur).
Dalam kehidupan sehari-hari, oker digunakan sebagai zat pewarna pada pembuatan cat, tinta, karet, kertas, concrete, plester, bata, linoleum, permadani, plastik, mortar, dan semen. Di samping itu, oker juga dipakai sebagai bahan poles logam dan gelas.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
Direktora Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.
ASPAL
Daerah persebaran aspal di Indonesia meliputi Kabungka dan Lawele (pulau Buton, Propinsi Sulaweai Tenggara) dan gunung Kromong (Provinsi Jawa Barat. Bahan galian ini dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk pelapis listrik karena tahan tegangan tinggi, kelembaban, asam, alkali, perubahan suhu, dan tahan pelapukan (sebagai isolator. Di samping itu aspal juga dimanfaatkan untuk pengeras jalan, sebagai lapisan atap, pelapis pipa besi, untuk bahan battere, sebagai pigmen dalam tinta, lilin, dsb.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.
PASIR TIMAH
Persebaran timah putih di Indonesia: pulau Singkep, pulau Karimun, dan pulau Kundur (Provinsi Kepulauan Riau), Bangkinang (Provinsi Riau), Bukit Rajah (Provinsi Jambi), dan Provinsi Bangka Belitung. Timah putih dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk melapisi logam baja dan tembaga, solder, perunggu, kuningan, keramik, stabiliser dalam plastik, pengawet kayu, fungisida, insektisida, dsb.
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek pasir timah dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.
LIMONIT
Bijih besi laterit dan pasir besi titan terdapat di banyak tempat, tetapi masih terbatas yang sudah dieksploitasi. Limonit di Indonesia tersebar di Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambil, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka--belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, beberapa tempat di pantai selatan Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Riung--Flores (NTT), dan Papua. Dalam kehidupan sehari-hari, bahan galian tersebut digunakan untuk dilebur menjadi besi dan baja, untuk cat, semen, industri dasar, flux pada peleburan logam nonferous, sebagai katalisator, jig bed, untuk mobil, kapal, keretaapi, mesin-mesin, alat-alat pertambangan, alat-alat bangunan, dan alat-alat pertanian.
Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.
Jumat, 01 April 2011
ASBES
Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.
Sumber:
- Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Susilo, Adi. 2011. Presentasi tentang Batuan dan Mineral. Malang: Tidak Diterbitkan.
Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek:
- Gambar atas: contoh asbes paket kiriman dari Kemeterian Pendidikan Nasional.
- Gambar bawah: contoh asbes koleksi Adi Susilo, P.Hd., Ketua Jurusan Fisika--Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB).
Langganan:
Postingan (Atom)