Keadaan cerah tersebut berlangsung sekitar dua hari. Hal demikian sempat membuat gundah seorang petani yang kala itu sedang menanam jagung. Dia sempat bertanya, apakah keadaan seperti ini terus berlangsung? Artinya sudah memasuki musim kemarau. Terlebih ketika itu juga didengar pula kemunculan suara serangga yang nama lokalnya 'gareng atau garengpung'. Perlu diketahui, orang Jawa memiliki patokan tertentu untuk memprediksi datangnya suatu musim. Misalnya untuk musim kemarau, tanda-tanda yang sering dipakai oleh orang Jawa adalah munculnya fenomena awan tinggi, munculnya suara serangga yang disebut di atas, dan munculnya bunga pada beberapa jenis tumbuhan tertentu, yakni munculnya bungai turi, randhu, dan dhadhap.
Fenomena tersebut sekilas nampaknya seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat dalam sebuah acara televisi. Dalam acara tersebut beliau mengatakan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada bulan Maret dan sebagian yang lain pada bulan April. Hal ini juga beralasan karena pada tanggal 21 Maret, gerakan semu tahunan Matahari berada tepat di atas khatulistiwa yang selanjutnya bergerak ke utara menuju 23,5 derajat Lintang Utara. Namun realitanya tidak demikian. Sampai akhir April ini hujan deras terus berlangsung di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah hingga terjadi banjir dan dan tanah longsor. Ketidaklaziman ini apakah masih terkait dengan gangguan iklim yang terkait dengan gejala La Nina di Indonesia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar