Hal tersebut juga dialami seorang tetangga yang hanya memiliki tiga ekor sapi, dua ekor sapi dewasa dan seekor sapi anakan. Salah satu sapinya seperti yang tertera pada gambar di atas. Sapi simental, entah keturunan yang keberapa. Sapi itu pun dibeli patungan dengan seorang tetangga yang lain. Ketika ada kabar sapi impor dari Australia dihentikan, tetangga tersebut segera menjual sapi tersebut. Ternyata dari hasil penjualan sapi tersebut, mereka hanya dapat untung Rp 500.000,- dibagi dua orang setelah menunggu beberapa bulan. Keuntungan itupun tidak memperhitungkan biaya pakan dan perawatan karena ketika membeli, sapi tersebut dalam keadaan sakit. "Tubuhnya ketika itu penuh luka dan dalam keadaan kurus", kata tetangga pemilik sapi tersebut. Tetangga tersebut kemudian menuturkan bahwa sekarang ini harga sapi tambah turun karena kran impor sapi dari Australia dibuka lagi, di samping lantaran sulitnya mencari rumput seiring berlangsungnya musim kemarau. Tetangga tadi juga menuturkan bahwa tren sapi yang diternakkan sekarang menurut pamannya yang juga peternak adalah sapi Belanda. Mungkin yang dimaksud ya sapi import dari Australia itu. Memang Australia memiliki beberapa jenis ternak sapi pedaging. Menurut Geografi Australia (1997:80) "beberapa jenis ternak sapi yang dipelihara di Australia adalah ternak sapi Brahman (Bos indicus), ternak sapi Hereford (Bos taurus), Belmont Red - Africander/Hereford/Shorthorn (Bos indicus/Bos taurus), Braford--Brahman/Hereford (Bos indicus/Bos taurus), Droughtmaster (Bos indicus/Bos taurus), dan Santa gertrudis--Shorthorn/Brahman (Bos indicus/Bos taurus).
Sumber:
- Thornto, Carol dkk (Penerjemah: Machali, Rochayah). 1997. Geografi Australia. Canberra: Lembaga Australia-Indonesia (Australia-Indonesia Institute) untuk Pemerintah Australia, bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar