Powered By Blogger

Senin, 17 Mei 2010

LA NINA?

Mulai Jum'at, 14 Mei 2010 hingga Minggu, 16 Mei 2010 lalu saya benar-benar tidak bisa melakukan posting lantaran cuaca tidak mendukung. Awan tebal, hujan, dan kadang-kadang disertai petir terjadi nyaris saban hari hingga 17 Mei ini. Bahkan bisa dikatakan tiada hari tanpa hujan. Sementara beberapa daerah di Indonesia ada yang mengalami banjir. Bahkan ada yang mengalami banjir bandang dan tanah longsor.

Secara teoritis mulai bulan April lalu, wilayah Indonesia pada umumnya sudah memasuki musim kemarau. Ketika itu gerakan semu tahunan sudah beranjak meninggalkan khatulistiwa. Apakah curah hujan yang meninggi pada bulan April dan Mei ini akibat adanya gangguan iklim yang disebut La Nina?

Menurut Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini (2004:113) bahwa La Nina adalah gangguan iklim yang terjadi lantaran kembalinya perjalanan air laut yang panas dari pantai Peru dan Ekuador ke arah barat yang akhirnya sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan maupun samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat di Indonesia. Hujan lebat inilah yang sering melantarkan banjir, juga tanah longsor. La Nina itu sendiri tidak bisa terpisahkan dengan dua gangguan iklim lainnya, yakni El Nino dan efek rumah kaca--pemanasan global (global warming).

Pastinya saya mencatat bahwa telah terjadi penyimpangan musim di sekitar tempat tinggal saya. Bulan September tahun lalu terjadi peningkatan jumlah curah hujan yang luar biasa. Bulan yang lazimnya merupakan bulan terkering di Indonesia, berubah menjadi bulan yang sering terjadi hujan. Sebaliknya pada bulan Desember 2009, Januari hingga Pebruari 2010 yang seharusnya menjadi puncaknya musim penghujan, justru hujan turun tak menentu. Temperatur udara pada bulan-bulan itu, bahkan hingga kini menunjukkan peningkatan. Hari-hari terasa panas. Suhu udara bisa mencapai 29 derajat Celcius. Padahal daerah saya yang berketinggian +320m (320m di atas permukaan laut) suhu rata-rata hariannya pada saat normal hanya 25,08derajat Celcius. Saat ini, seiring bergesernya Matahari ke belahan Bumi utara ternya suhu tersebut belum mengalami penurunan yang signifikan.

Mengingat hal itu maka saya berkesimpulan bahwa terbukti, telah terjadi perubahan iklim global seperti yang banyak dibicarakan oleh para ahli Meteorologi dan Klimatologi. Walaupun begitu saya tetap meyakini bahwa hujan merupakan rahmat bagi semesta alam dari Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar