Powered By Blogger

Sabtu, 30 April 2011

PENGARUH GANGGUAN IKLIM TERHADAP PERKEMBANGAN BUAH NANGKA

Nangka (jackfruit) merupakan pohon yang sekaligus merupakan nama buahnya. Nama ilmiah tumbuhan ini adalah Artocarpus heterophyllus. Menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas, bahwa buah ini berasal dari Ghats bagian barat, India yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah iklim tropis, bahkan subtropis (hingga lintang 30 derajat, baik utara maupun selatan). Nangka ini bisa hidup baik di daerah dataran hingga daerah ketinggian sekitar 700m pada berbagai jenis tanah. Nangka ini memiliki beberapa beberapa varian, di antaranya nangka bubur, nangka celeng, serta beberapa jenis yang lain. Bagian nangka yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari adalah buah, daun, dan kayunya.

Uraian berikut mengetengahkan bentuk tak lazim dari buah nangka. Bentuk tak lazim seperti yang nampak pada gambar di atas. Menurut dugaan penulis, bentuk tersebut lantaran pertumbuhan yang tak sempurna pada buah nangka tersebut. Hal ini terjadi lantaran curah hujan yang tinggi dan berlangsung hampir setiap hari terus menerus sepanjang tahun 2010 hingga April 2011 ini. Ini masih beruntung. Buah nangka tersebut masih bisa berkembang. Pada beberapa pohon nangka, banyak bunga yang gugur hingga tak terjadi pembuaahan. Kalaupun jadi buah, buah tersebut banyak yang mengalami pembusukan sebelum matang. Apakah ini ada hubungannya dengan pengaruh gangguan iklim terhadap pertumbuhan nangka? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu perlu dilakukan penelitian.

Jumat, 29 April 2011

AWAN SIROKUMULUS DAN GANGGUAN IKLIM

Gambar di samping merupakan rekaman fenomena cuaca yang berupa fenomena kenampakan awan sirokumulus (cirrocumulus) di Malang Selatan pada akhir Maret 2011. Menurut klasifikasi awan berdasarkan ketinggiannya, awan sirokumulus termasuk jenis awan tinggi, yakni awan yang terletak di ketinggian antara 6.000m--12.000m. Menurut morfologinya, awan ini termasuk gabungan dari awan sirus (awan halus berserat seperti bulu burung) dan awan kumulus (awan yang bergumpal-gumpal). Sedangkan berdasarkan materinya, tergolong awan yang tersusun dari materi kristal es karena di atas ketinggian 4.500m temperatur udara turun di bawah titik beku (ketinggian 4.500m suhu 0 derajat Celsius), sehingga air yang ada dalam awan menjadi beku. Bersama awan sirostratus dan awan sirus, awan sirokumulus sering diindikasikan dengan cuaca cerah. Lantaran keadaan itu, Bulan perbani nampak bersinar cerah (lihat gambar, walau hanya berukuran kecil).

Keadaan cerah tersebut berlangsung sekitar dua hari. Hal demikian sempat membuat gundah seorang petani yang kala itu sedang menanam jagung. Dia sempat bertanya, apakah keadaan seperti ini terus berlangsung? Artinya sudah memasuki musim kemarau. Terlebih ketika itu juga didengar pula kemunculan suara serangga yang nama lokalnya 'gareng atau garengpung'. Perlu diketahui, orang Jawa memiliki patokan tertentu untuk memprediksi datangnya suatu musim. Misalnya untuk musim kemarau, tanda-tanda yang sering dipakai oleh orang Jawa adalah munculnya fenomena awan tinggi, munculnya suara serangga yang disebut di atas, dan munculnya bunga pada beberapa jenis tumbuhan tertentu, yakni munculnya bungai turi, randhu, dan dhadhap.

Fenomena tersebut sekilas nampaknya seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat dalam sebuah acara televisi. Dalam acara tersebut beliau mengatakan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada bulan Maret dan sebagian yang lain pada bulan April. Hal ini juga beralasan karena pada tanggal 21 Maret, gerakan semu tahunan Matahari berada tepat di atas khatulistiwa yang selanjutnya bergerak ke utara menuju 23,5 derajat Lintang Utara. Namun realitanya tidak demikian. Sampai akhir April ini hujan deras terus berlangsung di Indonesia. Bahkan di beberapa daerah hingga terjadi banjir dan dan tanah longsor. Ketidaklaziman ini apakah masih terkait dengan gangguan iklim yang terkait dengan gejala La Nina di Indonesia?

Rabu, 27 April 2011

KUPU-KUPU HITAM

Bermula dari Probolinggo, hingga akhirnya menyebar ke berbagai daerah di pulau Jawa dan Bali. Bahkan juga sampai ke Jakarta. Itulah fenomena ulat bulu yang akhir-akhir ini terjadi. Jumlah ulat bulu yang luar biasa banyak ini memang merisaukan. Ada seorang pakar yang mengatakan bahwa fenomena itu lantaran musim penghujan yang berkepanjangang hingga ulat-ulat itu tidak sempat merubah diri menjadi kepompong. Pendapat lain mengatakan bahwa ulat bulu yang ada di Bali adalah sejenis ulat sutera emas.

'nuansa masel' kali ini tidak akan membahas tentang ulat bulu tersebut di atas, namun lebih pada makhluk hidup yang sudah berada pada wujud terakhir dalam rangkaian siklus hidup bermetamorfose, yakni menjadi kupu-kupu. Makhluk hidup yang kemudian termasuk serangga ini sangat disenangi manusia, berbeda sekali ketika masih jadi ulat. Klasifikasi ilmiah menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas bahwa kupu-kupu termasuk kerajaan animalia, divisi rhopalocera, filum arthropoda, kelas insekta, ordo lepidoptera. Masih menurut Wikipedia, lepidoptera berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti sayap. Dengan demikian lepidoptera berarti serangga bersayap sisik. Kupu-kupu termasuk binatang yang aktif pada siang hari (diumal).

Kupu-kupu hitam dengan ujung berwarna kebiruan metalik ini saya potret dengan kamera saku pinjaman merk Sony tipe DSC-W 150 di belakang rumah, ketika asyik minum air genangan dengan jarak sekitar 4,5m dari obyek. Penulis hanya sempat memotret sekali dari arah belakang obyek. Ketika penulis bergerak untuk memotret dari arah depan, kupu-kupu tersebut buru-buru terbang dengan tidak sampai menuntaskan minumnya. Mungkin kupu-kupu tersebut tahu gerakan penulis. Penulis sedikit kecewa karena hanya memperoleh satu rekaman gambar kupu-kupu yang menurut penulis termasuk langka ini. Jarang sekali penulis menemukan kupu-kupu dengan warna seperti itu, walau menurut Wikipedia ada 600 spesies kupu-kupu di pulau Jawa dan Bali. Penulis mencoba mencari hal-hal yang berkaitan dengan kupu-kupu hitam ini di google dan Wikipedia. Walau belum sepenuhnya saya mencari, ternyata yang saya temukan hanya kupu-kupu hitam dengan totol putih. Penulis tidak menemukan seperti gambar di atas. Ataukah kupu-kupu tersebut merupakan jenis atau varietas baru?

Penulis juga menyesal sebelum mem-posting-kannya. Penyesalan itu disebabkan oleh tindakan penulis sendiri untuk memotong bagian tepi gambar tersebut. Semula penulis beranggapan bahwa bagian tepi itu tidak penting dan mengganggu, karena obyeknya terlihat kecil dibanding hal-hal yang ada di sekelilingnya. Tetapi ternyata hal itu salah.

Walau bagaimanapun juga, obyek ini tetap penting mengingat kupu-kupu merupakan bagian dari lapisan kehidupan di muka Bumi yang sering disebut biosfer. Dalam kehidupan sehari-hari, kupu-kupu berfungsi membantu proses penyerbukan ketika kupu-kupu tersebut mencari madu atau nektar yang ada pada bunga untuk dijadikan makanannya.

Sumber:
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Kupu-kupu. http://id.wikipedia.org/wiki/Kupu-kupu_dan_ngengat

Selasa, 26 April 2011

MATERIAL RUNTUHAN KLIF

Inilah batuan kapur berongga hasil abrasi laut terhadap dasar/kaki suatu klif. Dasar klif yang terus menerus digempur oleh swash dan backwash mengakibatkan cekungan atau ceruk dasar klif. Bagian atas cekungan menjadi tidak stabil. Lantaran pengaruh gaya beratnya, bagian atas ceruk di dasar klif tersebut menjadi runtuh. Akibatnya terbentuklah wave cut platform, dasar klif menjadi mundur. Di tempat itulah material runtuhan dasar klif teronggok. Jika material itu memanjang membentuk tanggul, maka tempat tersebut merupakan tempat ideal bagi organisme perairan laut dangkal.

Senin, 25 April 2011

FOSIL KAYU

Batuan sedimen merupakan batuan yang kaya fosil. Fosil yang menjadi bahan posting kali ini adalah fosil kayu. Lebih tepatnya adalah batang atau bahkan mungkin ranting dari suatu pohon. Fosil kayu ini ditemuka dalam lapisan batuan kapur di wilayah Malang Selatan. Penulis tidak tahu pasti jenis pohon atau kayu yang memfosil tersebut. Sekilas fosil tersebut seperti fosil kayu jati yang memang banyak tumbuh di wilayah tersebut. Diameter batangnya 6cm dan panjangnya 20cm. Pada bagian kulitnya nampak telah berubah menjadi krital kapur yang relatif hampir sempurna seperti kalsit. Sedang bagian tengahnya sekilas nampak menghitam. Fosil ini relatif berat.

Dalam sebuah acara televisi, penulis pernah menyaksikan tayangan tentang perburuan fosil kayu. Ada tiga pihak yang terlibat berkaitan dengan fosil yang satu ini. Pihak pertama adalah orang-orang yang berprofesi sebagai sebagai pemburu fosil. Pihak kedua adalah para pengepul yang sekaligus sebagai pedagang fosil. Sedangkan pihak ketiga adalah para pembeli yang sekaligus sebagai kolektor fosil. Hanya biasanya mereka cendurung mencari fosil kayu yang ukurannya relatif besar.

Dalam mencari fosil biasanya para pemburu membentuk kelompok yang satu kelompoknya terdiri dari sekitar 5--10orang anggota. Berbekal pengalaman, mereka akan mencari tempat-tempat yang dicuriagai mengandung fosil. Setelah menemukan tempat yang diduga mengandung fosil yang dimaksud, maka penggalian dimulai. Tidak jarang mereka menemukan fosil pangkal batang suatu pohon beserta akar-akarnya. Jika sudah tergali, mereka akan menaikkan ke atas galian. Kalau keadaan medannya memungkinkan, dalam menaikkan fosil tersebut para pemburu fosil menggunakan derek atau katrol. Tetapi kalau medannya sulit, terpaksa menggunakan tenaga manual. Fosil diangkat beramai-ramai menggunakan tali dan peralatan sederhana. Jika fosil kayu tersebut ukurannya besar dan ditambah bentuknya indah, serta fosilnya relatif utuh, maka fosil tersebut akan laku dengan harga tinggi. Kisaran harganya antara puluhan sampai ratusan juta rupiah. Ada yang berminat?

Minggu, 24 April 2011

BUAH NAGA

Buah naga merupakan buah yang dihasilkan oleh tanaman kaktus yang konon didatangkan dari negara Meksiko, Amerika Tengah. Jelasnya tumbuhan ini bukan asli Indonesia. Kaktus merupakan vegetasi pada biocycle daratan, bioma (biochore) gurun atau semi gurun. Berdasarkan kebutuhan airnya, tumbuhan tersebut termasuk xerophyt yang hidup di daerah iklim kering. Ini membuktikan bahwa persebaran flora dan fauna itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dalam kaitannya dengan buah naga ini berkaitan dengan tindakan atau campur tangan manusia.

Tanaman buah naga atau kaktus naga ini, sekarang sedang ngetren dikembangkan oleh para petani holtikultura di Indonesia, khususnya di Kabupaten Malang dan mBlitar yang notabene iklimnya sangat bertolak belakang. Namun demikian tanaman tersebut bisa hidup dan berkembang biak dengan baik, bahkan bisa berbuah.

Rupanya tanaman ini memiliki kemampuan preadaptasi yang luar biasa baik. Betapa tidak, ditinjau dari faktor iklim (klimatik), tumbuhan ini biasa hidup di daerah beriklim kering/setengah kering dengan temperatur udara yang ekstrim dan curah hujan yang kurang sampai sangat kurang (< 250mm/tahun). Namun nyatanya tumbuhan tersebut mampu hidup di daerah (di Indonesia) yang curah hujannya berkisar antara 1.000mm sampai lebih dari 2.000mm/tahun. Dari faktor keadaan tanah (edafik), tumbuhan ini biasa hidup di tanah yang bertekstur pasir, tapi nyatanya tumbuhan ini bisa hidup di daerah Malang dan mBlitar yang tanahnya bertektur debu (tanah abu vulkanik), bahkan bertekstur liat/lempung di tanah yang berbatuan induk gamping/kapur. Sedang dari faktor fisiografik, buah naga tersebut bisa hidup di daerah ketinggian. Sekedar diketahui, bahwa ketinggian rata-rata daerah Kabupaten di atas 350m di atas permukaan laut.

Untuk menunjang hidupnya, tumbuhan ini memerlukan tegakan penopang. Biasanya para petani buah naga memberikan tegakan penopang tumbuhan ini dengan beton bertulang, pipa paralon yang dicor dengan semen, bambu, atau tumbuhan penyangga. Hal ini dilakukan karena tumbuhan ini rupanya termasuk tumbuhan pemanjat/merambat (liana). Sesuai habitatnya, agar tumbuhan ini bisa hidup baik dan bisa berbuah, maka tumbuhan ini harus ditanam di lahan terbuka yang menerima terik sinar Matahari secara langsung.

Herannya, dari pengamatan penulis, tumbuhan ini justru berbunga dan berbuah pada saat musim penghujan. Masa mekarnya bunganya pun berlangsung singkat. Hanya berlangsung beberapa menit, ketika pagi hari. Setelah itu bunga menguncup kembali dan melayu, hingga akhirnya terbentuk buah. Hal ini dibenarkan oleh seorang teman yang menekuni usaha pembudidayaan buah naga ini. Menurut teman yang juga sebagai ketua kelompok tani Desa Tlogosasi Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang ini, bahwa masa berbuah tanaman ini selama musim penghujan terus menerus. Jadi selama enam bulan penuh! Tanaman ini siap berbuah setelah berumur satu tahun. Teman yang juga pensiunan guru tersebut menambahkan bahwa ada tiga varietas buah naga yang ada di Indonesia, yakni buah naga yang daging buahnya putih, kuning, dan merah. Sedang yang paling mahal harganya adalah yang daging buahnya berwarna merah. Per akhir Maret lalu, beliau menjuah hasil panenannya Rp 25.000/kg kepada pedagang yang datang dari Surabaya dengan pembayaran tunai. Biasanya para pedagang tersebut datang dengan langsung membawa truk. Semoga usaha ini bisa untuk memanfaatkan potensi lahan yang masih banyak sebagai lahan tidur yang sekaligus untuk meningkatkan keanekaragaman usaha tani dan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Muaranya, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat.

Jumat, 22 April 2011

CERUK DASAR KLIF DAN RUMPUT LAUT

Ceruk dasar kaki klif merupakan produk pengikisan air laut (abrasi) pada dasar atau kaki pantai klif (cliff) yang berbentuk seperti cekungan. Sebagaimana pantai klif, ceruk ini biasanya terjadi pada pantai berbukit/berpegunungan yang lautnya bergelombang besar. Deburan air laut yang berupa swash dan backwash yang berperan dalam pembentukan ceruk dasar kaki klif ini.

Gambar yang tersaji di atas merupakan bagian dari daerah pantai/pesisir Ngliyep, Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Bagian perairan laut dangkal di sekitar ceruk banyak ditumbuhi ganggang/rumput laut. Ganggang/rumput laut tropis yang memang hanyak hidup di sekitar daerah tersebut. Ketika air laut mengalami pasang surut seperti yang nampak pada gambar, ganggang/rumput laut tersebut yang teronggok di sekitar ceruk. Sayang, potensi sumberdaya alam ini belum dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar. Memang ada sekelompok kecil dari mereka yang telah memanfaatkannya. Mereka pun hanya sekedar mengambil tersedia di alam, lingkungan mereka. Padahal menurut penuturan seseorang yang pernah berprofesi sebagai pengumpul ganggang/rumput laut, bahwa tumbuhan laut itu belum tentu setiap saat ada. Pada saat tertentu, tumbuhan tersebut tidak nampak dan pada saat yang lain, di bulan-bulan berikutnya nampak hidup subur di perairan dangkal di sekitar ceruk klif. Belum ada di antara pengumpul ganggang/rumput laut tersebut yang berusaha membudidayakan, walau di berbagai tempat lain di Indonesia usaha tersebut sudah banyak dilakukan.

Keterangan foto:
Dokumentasi Ayun Finanti.

Rabu, 20 April 2011

HAFF

Posting ini berkaitan dengan pertanyaan seorang teman tentang tanda (X) yang tertera pada gambar soal nomor 23 Uji Coba (Try Out) Ujian Nasional Ke-3 SMA Kabupaten Malang Tahun 2010/2011. Isi soal tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Tanda (X) pada gambar di bawah ini adalah.....

A. haff
B. nehrung
C. tombolo
D. delta
E. muara

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu mengerti tentang konsep yang tertera pada masing-masing pilihan jawaban, mulai dari A sampai E. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
A. Haff adalah danau berair payau atau asin di daerah pantai/pesisir yang terbentuk lantaran perairan pantai/pesisir terhalang oleh gosong (endapan pasir) yang berbentuk memanjang. Sedangkan menurut Moh. Ma'mur Tanudidjaja dan Omi Kartawidjaja (1986:305) adalah "lagun yang terbentuk di muara sungai yang dihalangi oleh spit (nehrung). Memang nama lain dari haff ini adalah laguna/lagun (lagoon). Menurut M.A. Marbun (1982:88) "laguna adalah air (laut) dangkal, kadang-kadang luasnya beberapa mil, sering merupakan teluk atau danau, terletak di antara pulau penghalang dengan pantai. Air laut di dalam atol disebut juga laguna".
B. Nehrung menurut Moh. Ma'mur Tanudidjaja dan Omi Kartawidjaja (1986:304) bahwa nehrung merupakan sebutan lain untuk spit yang ada di pantai laut Baltik.
Adapun pengertian dari spit atau pacak atau nehrung itu sendiri menurut M.A. Marbun (1982:137) adalah "sejenis gosong (sandbar) yang biasanya terdapat di muara sungai berbentuk estuarium ataupun di teluk, tetapi bentuknya yang khusus ialah bahwa salah satu ujungnya bersambung dengat daratan. Sedangkan menurut Nur Hasan Akhwan (tanpa tahun:83) bahwa spit merupakan bentuk pengendapan yang memanjang terdapat di teluk dan salah satu ujungnya bersambung dengan daratan.
C. Tombolo adalah gosong (endapan pasir) yang memanjang, menghubungkan daratan (pulau utama) dengan pulau kecil di seberangnya.
D. Delta adalah bentuk endapan di muara sungai yang berbentuk etuarium (corong). Material endapan ini disebut delta karena bentuknya mirip huruf delta pada abjad Yunani.
E. Muara adalah tempat pertemuan antara air sungai dengan air laut.

Dengan penjelasan di atas maka jawabannya adalah: A (haff).

Sumber:
- Akhwan, Nur Hasan. Tanpa Tahun. Geografi Xb, Lembar Kerja dan Tugas Siswa. Surabaya: Bintang Karya.
- Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
- Ma'mur Tanudidjaja, Moh. dan Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi. Bandung: Ganeca Exact.

Senin, 18 April 2011

GAMBAR LAIN DARI PANTAI KLIF

Inilah gambar lain dari pantai klif yang berlatar depan hamparan pasir hitam (baca: pasir vulkanik). Nampak dari kejauhan pantai berdinding tegak tersebut menghadap ke arah laut, yakni lautan atau samudera Indonesia/Hindia. Pantai tersebut pada kompleks pantai (pesisir) Kundangiwak Kabupaten Malang yang sebenarnya berbatuan induk kapur. Sedang endapan pasir hitam yang ada pada kompleks pantai tersebut merupakan bentuk sedimen marin. Endapan pasir tersebut berpeluang sebagai pasir besi seperti yang ditemukan di Cilacap, pantai selatan Yogya, dan teluk Pacitan.

Keterangan foto:
Dokumentasi Di'i Yuwono

Minggu, 17 April 2011

PANTAI KLIF

Seperti yang disebutkan pada posting sebelumnya bahwa perairan laut (yang bergelombang besar--samudera) mengabrasi daerah pantai (pesisir) yang bermorfologi pegunungan. Pegunungan pantai (pesisir) tersebut dari waktu ke waktu akan terkikis oleh desakan gelombang dari perairan laut bebas dan desakan gelombang balikan setelah menghantam kaki pegunungan pantai. Desakan gelombang dari perairan laut bebas sering disebut dengan swash. Sedangkan gelombang balikannya selanjutnya disebut dengan backwash. Swash dan backwash ini terus-menerus mengikis (mengabrasi) kaki dari pegunungan pantai tersebut. Desakan yang kuat dari kedua jenis gelombang tersebut akhirnya meruntuhkan kaki gunung/pegunungan tersebut hingga menyisakan bentuk pantai batuan keras yang berkemiringan terjal hingga tegak. Bentuk pantai yang berlereng terjal atau tegak dan menghadap laut inilah yang kemudian sering disebut dengan pantai klif (cliff). Sebagaimana stack, pantai klif ini tersebar memanjang di sebagian besar pantai barat Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan beberapa pantai berpegunungan lain di Indonesia.

Gambar di atas menunjukkan adanya dua pantai klif yang saling berhadapan di antara lorong air yang terus mengabrasi bagian dasarnya. Lorong air tersebut juga berfungsi untuk memutahkan endapan pasir yang dibawa gelombang (swash) di lingkungan pantai klif tersebut. Pada beberapa daerah, pantai klif yang memiliki lubang-lubang atau cerukan-cerukan sering dimanfaatkan oleh burung walet dan/atau sriti untuk bersarang. Satu contoh, pantai klif di Karangbolong, Kabupaten Kebumen. Oleh masyarakat setempat, potensi tersebut dikelola dengan baik sebagai suatu usaha yang menguntungkan. Sarang walet dan/atau sriti yang terbuat dari air liurnya ini dijadikan komoditas ekspor, sedang kotorannya dimanfaatkan untuk pupuk.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan pelajaran Geografi SMA untuk kelas X (sepuluh), semester 2 (dua) pada standar kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer dengan kompetensi dasar: 3.1 Menganalisis dinamika kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi. Adapun materi pembelajarannya adalah: Lithosfer pada submateri tenaga eksogen, khususnya berkaitan dengan pengikisan. Pada beberapa buku Geografi SMA/MA, materi ini sering pula dimasukkan pada kompetensi dasar yang berkaitan dengan Hidrosfer, materi pembelajaran Hidrosfer.


Sumber:
- Ma'mur Tanudidjaja, Moh. dan Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi. Bandung: Ganeca Exact.
- BNSP dan Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
- Beberapa sumber buku lainnya.


Keterangan foto:
Dokumentasi Dii Yuwono dengan obyek klif di pantai Kundangiwak Kabupaten Malang.

STACK

Stack adalah susunan batuan masif yang berbentuk tegakan di daerah perairan laut dangkal. Stack ini merupakan bagian dari bentuk-bentuk morfologi pantai sebagai hasil dari dari abrasi air laut.

Deskripsinya sebagai berikut. Perairan laut (yang bergelombang besar--samudera) mengabrasi daerah pantai (pesisir) yang bermorfologi pegunungan. Pegunungan tersebut dari waktu ke waktu terkikis oleh desakan gelombang air laut (swash) dan desakan gelombang balikan setelah menghantam kaki pegunungan pantai (backwash). Kikisannya tersebut menghasilkan pantai tegak (klif). Uraian selengkapnya tentang pantai klif (cliff), juga gua pantai (cave)dapat disajikan pada posting berikutnya. Insya Allah.

Dasar klif kemudian diabrasi hingga menghasilkan gua-gua pantai. Jika abrasi itu menghasilkan gua yang memiliki dua pintu (gua-gua yang saling bertemu), maka akan menghasilkan lengkungan gua pantai yang besar (arch). Jika bagian langit-langit yang melengkung (arch) tersebut terkikis dan kemudian terpisah, maka terbentuklah tiang kokoh menjulang yang terpisah dari daratan utama. Inilah yang kemudian disebut stack. Stack ini bisa terpisah ratusan kilometer dari tempat asalnya.

Stack yang tertera pada gambar di atas merupakan dua dari ratusan, bahkan ribuan stack yang ada di selatan pulau Jawa. Belum stack lain yang tersebar di pantai barat Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, dan berbagai tempat lain di Indonesia. Gambar dua stack di atas merupakan stack yang berada di perairan lepas pantai, arah barat pantai (pelabuhan perikanan) Sendangbiru yang sekaligus juga arah barat daya pulau Sempu.

Rasanya sampai saat ini belum ada pihak yang meneliti tentang potensi dari stack tersebut. Misalnya, potensi mineral apa yang menyusun batuan pada stack tersebut hingga tak mudah terkikis oleh abrasi air laut. Juga kegunaannya bagi kehidupan manusia. Kalaupun ada mungkin hanya sekedar digunakan untuk tanda pengenal suatu daerah tertentu bagi para pelaut, atau untuk mendirikan mercu suar. Ada yang berminat meneliti sebelum menjadi tunggul (stump)?

Posting tersebut di atas berkaitan dengan pelajaran Geografi SMA untuk kelas X (sepuluh), semester 2 (dua) pada standar kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer dengan kompetensi dasar: 3.1 Menganalisis dinamika kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi. Adapun materi pembelajarannya adalah: Lithosfer pada submateri tenaga eksogen, khususnya berkaitan dengan pengikisan. Pada beberapa buku Geografi SMA/MA, materi ini sering pula dimasukkan pada kompetensi dasar yang berkaitan dengan Hidrosfer, materi pembelajaran Hidrosfer.


Sumber:
- Ma'mur Tanudidjaja, Moh. dan Kartawidjaja, Omi. 1986. Penuntun Pelajaran Geografi. Bandung: Ganeca Exact.
- BNSP dan Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
- Beberapa sumber buku lainnya.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek stack di Sendangbiru Kabupaten Malang.

Jumat, 15 April 2011

BATUKAPUR

Batukapur sering pula disebut dengan batugamping (limestone). Batukapur merupakan batuan padat yang termasuk batuan sedimen. Batuan ini terbentuk lantaran sisa-sisa organisme laut. Karakter dari batukapur adalah: komposisinya kalsium karbonat (CaCO3); warna putih, abu-abu, kuningtua, abu-abu kebiruan, jingga, dan hitam; dan berat jenisnya 2,6--2,8.

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan batuan kapur. Umumnya berupa pegunungan kapur yang tersebar di berbagai Provinsi, yakni di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; Penen--Medan dan Tarutung (Sumatera Utara, berupa endapan air panas); Karangputih (Sumatera Barat, berupa endapan berlapis); Karangnunggal (Jawa Barat, berupa endapan berlapis lensa), Kuripan--Bogor, Cipanas, Cirebon (Jawa Barat, berupa fresh water limestone), dan di berbagai daerah di Jawa Barat lainnya; berbagai daerah di Jawa Tengah; Bluto--Madura (berupa endapan berlapis), pulau Madura pada umumnya, dan berbagai daerah di Jawa Timur; berbagai daerah di Kalimantan Barat; dan di Tonasa (Sulawesi Selatan, berupa endapan berlapis), serta di berbagai tempat lainnya di Indonesia.

Pemanfaatan batukapur dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk batu pondasi bangunan, bata (batu kumbung), pengeras jalan, dan serbuk kapur. Di samping itu batukapur digunakan pula sebagai bahan mentah dalam industri semen Portland, semen Roma, kalk zandsteen, dan semen alam. Dalam industri keramik, batukapur dipakai sebagai bahan mentah dalam pembuatan gelas, alat-alat dari gelas, dan email. Dalam industri gula, batu kapur digunakan untuk pembuatan kalsium. Sedang dalam industri kimia, batu kapur digunakan untuk pembuatan gas CO2, CaC, CaO, dan CaCl2. Di samping itu batukapur juga digunakan untuk pemberi warna pada industri minyak, untuk bahan-bahan kedokteran, pasta, pencegah penyakit tanaman, dan pupuk. Pada industri logam, batukapur dipakai untuk merendahkan titik lebur (flux), bahan-bahan tahan api, dan bahan cetak ofset (litografi).

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2, serta materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.


Sumber:
- Direktorat Pertambangan, Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Dari berbagai sumber lain.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek batukapur yang ada di Malang Selatan.

BATUAPUNG

Batuapung (pumice) merupakan batuan produk dari letusan (erupsi) eksplosif gunung berapi yang termasuk material eflata aotogen. Eflata aotogen adalah material erupsi yang berasal dari magma gunung berapi itu sendiri. Eflata autogen sering pula disebut dengan piroklastika. Proses terbentuknya, magma yang keluar melalui kawah (kemudian disebut lava) terlempar ke udara ketika erupsi terjadi. Buih lava yang bercampur uap dan gas-gas terlempar ke udara tersebut kemudian mengalami pendinginan yang sangat cepat, sehingga tidak sempat mengalami kristalisasi dan berstruktur berlubang-lubang/berpori-pori (porous).

Batuapung ini berbentuk bongkahan (block), butiran, maupun pecahan (fragmen) padat halus atau kasar. Batuan beku luar ini kaya akan silika, alumina, potash, soda, dan besi oksida. Endapan batuapung bisa juga bercampur dengan diatomea, silt, atau kalkareus. Umumnya batuapung berwarna putih, abu-abu, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerahan, kekuningan, atau jingga. Batuan ini disebut batuapung karena batu ini ketika kering dapat terapung di permukaan air. Deposit batuapung bisa mencapai ketebalan lebih dari 3.300m yang berada di sekitar gunung berapi. Persebaran batuapung di Indonesia meliputi pulau Sumatera bagian tengah; Provinsi Sumateri Selatan; pulau-pulau Krakatau Provinsi Lampung; Ciomas, gunung Kiaraberes, Cicurug, dan Nagrek Provinsi Jawa Barat; serta jalur vulkanik dari bagian timur kepulauan Indonesia.

Manfaat batuapung dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan mentah dalam membuat bahan-bahan poles, logam, mortar dan beton, bata ringan, bata tahan api, sabun tangan, bahan asah, plester, berbagai filter, genteng, cat, pasta gigi, bedak, pengesat karet, pengisi aspal, dan untuk industri keramik.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2, serta materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.

Sumber:
- Direktorat Pertambangan, Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur:Ghalia Indonesia.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek batuapung koleksi pribadi.

Kamis, 14 April 2011

BATUGRANIT

Batugranit merupakan batuan beku (igneous rock) yang terutama tergolong pada batuan beku dalam atau batuan intrusi. Batuan beku ini merupakan batuan asam yang terdiri dari mineral felspar, kuarsa, soda plagioklas, hornblende, biotit, magnetit, dan ilmenit. Kristal pada batuan ini tergolong kristal sempurna dan berbutir besar. Hal ini terjadi lantaran proses pembekuan (pendinginan magmanya sangat lambat atau berlangsung sangat lama). Batuan granit ini sering ditemukan berwarna terang, yaitu abu-abu dan merah muda. Persebaran batugranit di Indonesia mencakup Provinsi Sumatera Barat: Cirebon, Jampangkulo, dan gunung Tangkuban Perahu (Jawa Timur); Kebumen (Jawa Tengah), dan Singkawang (Kalimantan Barat. Dalam kehidupan sehari-hari, batugranit digunakan utnuk bangunan rumah, jembatan, pengeras jalan, bantalan rel keretaapi, untuk batu monumen, paving block, dan sebagainya.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.

Minggu, 10 April 2011

BATURIJANG

Baturijang (chert) merupakan batuan sedimen silika--kategori sedimen klastis dan berdasarkan tempat diendapkannya termasuk sedimen oceanis (laut dalam). Warna baturijang bermacam-macam, mulai dari coklat, coklat kemerahan, biru, hitam, abu-abu gelap, atau abu-abu dengan permukaan yang licin. Berdasarkan sejarahnya, baturijang terbentuk pada zaman kapur, atau sekitar 90juta tahun yang lalu. Ada yang berpendapat bahwa baturijang terbentuk dari fosil radiolaria (Wakita, dkk dalam diktri.blogspot.com). Juga diatomea (Doddy Setia Graha, 1987:151) Namun ada juga yang berpendapat bahwa baturijang ini terbentuk dari lava bantal yang keluar dari dasar laut dalam, yakni sekitar 2.500m.

Jelasnya, batu rijang tersusun dari mineral opal, kalsedon, kuarsa, dan kristobalit, serta sedikit mengandun kalsit dan dolomit. Batuan ini di alam ditemukan secara berlapis-lapis berasosiasi dengan serpih dan bijih besi atau sebagi nodul-nodul dalam gamping di endapan geosinklin pada zona subduksi.

Akumulasi baturijang ditemukan di daerah Kalitekuk Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang (Jatim); di Karangsambung Kabupaten Kebumen (Jateng); dan di Purwakarta (Jabar). Baturijang di Karangsambung merupakan laboratorium lapangan (Geologi) milik LIPI.
Menilik tempat ditemukannya baturijang ini di daratan, maka dapat dipastikan bahwa tempat-tempat tersebut dahulunya berupa laut yang diperkirakan berkedalaman 120m--200m dan kemudian terangkat ke atau menjadi daratan lantaran adanya tumbukan antarlempeng litosfer (subduksi), yakni antara lempeng Erasia dan lempeng Indoaustralia.

Menurut situs resmi Museum Mpu Tantular Surabaya, bahwa sejak awal peradaban manusia, baturijang sudah banyak dimanfaatkan. Baturijang digunakan untuk membuat api (batu api), kapak genggam, matapanah, dan peralatan lain pada zaman batu. Sedang masyarakat Malang pernah menggunakannya untuk peralatan tahan api/panas, misalnya untuk membakar keramik maupun gerabah.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.

Sumber:
- Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.
- Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
- http://diktri.blogspot.com
- www.museummputantular.com
- Penuturan masyarakat Donomulyo, Kabupaten Malang.
- Sumber-sumber lain.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket batuan/mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.

Rabu, 06 April 2011

BATUBARA

Batubara merupakan bahan galian produk sedimentasi dari sisa-sisa tumbuhan air yang terpendam. Perubahan situasi geologi mengakibatkan sisa-sisa tumbuhan tersebut tertimbun pasir dan tanah liat yang berlapis-lapis. Tekanan oleh lapisan penutup dan gerakan tektonik yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh intrusi magma, mengakibatkan perubahan fisik dan kimia pada sisa-sisa tanaman yang tertimbun, sehingga terjadi pemadatan, berkurangnya kadar air yang kemudian terbentuklah gas-gas yang terjebak dalam lapisan penutupnya. Intensitas tekanan dan gangguan dari lapisan penutup menimbulkan sisa-sisa tumbuhan tersebut menjadi peat, lignit, browncoal, bituminius coal, antrasit, dan grafit. Sedangkan sisa-sisa tumbuhan air yang memperoleh kontak dengan magma menghasilkan kokas alam (natural cokes). Jenis tumbuhan air dan jumlah kotoran yang ada dalam timbunan sisa-sisa tumbuhan yang telah tumbang dan mati tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas batubara.

Persebaran batubara di Indonesia mencakup Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalikuning--Pacitan dan Kadu-kadu--Bawean (Jawa Timur), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

Penggunaan batubara dalam kehidupan sehari-hari untuk bahan bakar, dipakai oleh perusahaan listrik, industri semen, pembuatan pig iron, baja, gas, tir, amonia, minyak ringan, karet sintetis, detergen, plastik, parfum, obat-obatan, dll.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.


Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek koleksi pribadi yang diperoleh dari penambangan batubara di Kabupaten Tanahbumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.

KAOLIN

Menurut Direktorat Pertambangan (1969:203) bahwa kaolin merupakan tanah high grade, dan tidak plastis. Warna dari bahan galian ini putih, atau abu-abu putih, kuning, jingga, abu-abu, atau kemerah-merahan. Mineral penyusun kaolin adalah kaolinit--Al4(SiO10)(OH)8, nakrit, dan dikrit. Kekerasan kaolin 2 sampai 2,5 dengan berat jenis 2,6 sampai 2,63. Kaolin sebagai endapan terbentuk dari hasil pelapukan dan dekomposisi batuan beku dan batuan metamorf yang kaya alumunium silikat seperti gramite, greissen, quartz porphyry. Di samping itu lantaran proses kaolinisasi terhadap batuan feldsphatic yang mineral-mineral potash alumunium silicate dan feldspar dirubah menjadi kaolin.

Bahan galian ini di Indonesia dapat ditemukan di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Dalam kehidupan sehari-hari, kaolin digunakan dalam industri keramik untuk membuat porselin, piring, teko, dan bahan tahan api/panas. Dalam industri kertas, kaolin berfungsi sebagaia bahan filter dan coating. Kaolin digunakan pula dalam industri tekstil, industri karet, cat, kimia, obat-obatan, semir, pasta gigi, untuk alat-alat asah, soap compoun, wall plaster, & binding agent.

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kaolinit--Al4 (Si4 O1 0)(OH)8 merupakan salah satu penyusun bahan galian kaolin atau lempung. Kaolinit itu sendiri tergolong mineral silikat. Menurut Suwardi Rusyanto (97) bahwa kaolin memiliki ciri-ciri sebagai berikut: sistem kristal triklin; belahan sempurna {001}; kekerasan 2; berat jenis 2,6; kilap selalu tanah (earthy); warna putih. Mineral ini di alam ditemukan sebagai mineral sekunder melalui proses pelapukan atau alterasi hidrothermal dari alumunium silikat yang berasal dari feldspar. Sebagai hasil dari dekomposisi batuan, kaolinit ditemukan dalam tanah yang kemudian terangkut dan terendapkan di danau tercampur dengan material lain. Terbentuknya dalam lapisan lempung.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.


Sumber:
- Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Rusyanto, Suwardi. Tanpa Tahun. Mineralogi/Kristalogi (Buku Penunjang Perkuliahan). Malang: Tidak Diterbitkan.
- Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman dari Kementerian Pendidikan Nasional.

Selasa, 05 April 2011

BAUKSIT

Bauksit merupakan bahan galian bukan mineral, tetapi merupakan campuran koloidal oksida-oksida Al dan Fe yang mengandung air. Bauksit merupakan logam bukan besi (nonferrous). Istilah bauksit digunakan untuk bijih yang mengandung oksida alumunium monohidrat atau trihidrat berupa mineral-mineral gibsit--Al2O3.3H2O, bokhmit--Al2O3.H2O, maupun diaspor--Al O (OH).

Bahan galian ini di alam terjadi lantaran pelapukan material-material yang mengandung alumina. Endapan besar terjadi pada daerah-daerah dengan iklim tropis dan subtropis basah dengan karakteristik banyak hujan, suhu tetap sepanjang tahun dan drainase air relatif baik. Bauksit di pulau Bintan terbentuk lantaran pelapukan serpih pelitik yang sudah berubah menjadi hornfels afanitik melalui metamorfosis kontak sebagai akibat dari intrusi batuan granitik.

Daerah persebaran bauksit di Indonesia: pulau Bintan, kepulauan Lingga, pulau Kundur, dan pulau Batam (Provinsi Kepulauan Riau), Provinsi Bangka--Belitung, dan Singkawang (Provinsi Kalimantan Barat. Bauksit dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk: (1) Sebagai alumina diolah dalam industri alumunium, untuk ampelas, bahan tahan api, dan untuk industri kimia. (2) Sebagai alumunium digunakan untuk atap, alat-alat rumah tangga/alat-alat dapur, kapal terbang, kaleng, pembungkus, metalurgi, dan industri kimia.

Sifat alumunium: ringan, pengantar panas dan listrik yang baik, tahan korosi, tidak beracun, lemas, dan nonmagnetik.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.



Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.

Sabtu, 02 April 2011

OKER

Oker merupakan bahan galian yang berupa tanah lunak, terdiri dari campuran oksida besi, tanah liat, kapur, atau bahan-bahan berbentuk pasir. Oker ini terbentuk lantaran proses pelapukan lanjut. Adapung macam-macam warna oker adalah: - Warna kuning, terbentuk lantaran oksida besi dalam bentuk limonit. - Warna coklat, terbentuk lantaran 2FeO3.3H2O. - Warna merah, terbentuk lantaran hematit atau Fe2O3. - Warna hitam coklat dan jika dilarutkan menjadi abu-abu, terbentuk lantaran mengandung MnO2.

Daerah persebaran oker di Indonesia mencakup Ciater, Telagawarna, Karaha, dan Kuningan (Provinsi Jawa Barat), Panggul Kabupaten Trenggalek dan Songgoriti Kabupaten Malang (Provinsi Jawa Timur).

Dalam kehidupan sehari-hari, oker digunakan sebagai zat pewarna pada pembuatan cat, tinta, karet, kertas, concrete, plester, bata, linoleum, permadani, plastik, mortar, dan semen. Di samping itu, oker juga dipakai sebagai bahan poles logam dan gelas.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.

Sumber:
Direktora Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.

ASPAL

Aspal merupakan bahan galian semi solid dari famili hidrokarbon. Aspal di lingkungan alam dapat ditemukan sebagai semen pada batupasir dalam bentuk asphaltic sandstone sebagai residual atau sebagai petroleum distilation. Aspal ini memiliki titik lebur lebih dari 110 derajat celcius. Diduga aspal berasal dari bentuk metamorfose minyak Bumi. Macam-macam aspal: (1) Gilsoniter, merupakan aspal alam murni yang berwarna hitam, terdapat sebagai vein. (2) Grahamite, yaitu aspal hitam yang juga terbentuk pada vein.

Daerah persebaran aspal di Indonesia meliputi Kabungka dan Lawele (pulau Buton, Propinsi Sulaweai Tenggara) dan gunung Kromong (Provinsi Jawa Barat. Bahan galian ini dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk pelapis listrik karena tahan tegangan tinggi, kelembaban, asam, alkali, perubahan suhu, dan tahan pelapukan (sebagai isolator. Di samping itu aspal juga dimanfaatkan untuk pengeras jalan, sebagai lapisan atap, pelapis pipa besi, untuk bahan battere, sebagai pigmen dalam tinta, lilin, dsb.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.


Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.

PASIR TIMAH

Pasir timah yang dimaksud dalam posting ini adalah pasir timah putih. Timah putih komersial berasal dari mineral cassiterite (SnO2), stanite (Cu2S.FeS SnS2), dan teallite (PBSnS2) yang juga terdapat pada bijih dari bolivia. Umumnya bijih timah terjadi dengan adanya intrusi batuan granit pada fase pneomatolitik. Sedangkan pelapukan dan konsentrasi mekanik membentuk endapan-endapan timah putih elluvial dan alluvial yang di Indonesia terkenal dengan nama-nama bijih kulit dan kaksa. Wujud dari endapan-endapan itu adalah timah putih.

Persebaran timah putih di Indonesia: pulau Singkep, pulau Karimun, dan pulau Kundur (Provinsi Kepulauan Riau), Bangkinang (Provinsi Riau), Bukit Rajah (Provinsi Jambi), dan Provinsi Bangka Belitung. Timah putih dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk melapisi logam baja dan tembaga, solder, perunggu, kuningan, keramik, stabiliser dalam plastik, pengawet kayu, fungisida, insektisida, dsb.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.


Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek pasir timah dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.

LIMONIT

Limonit merupakan salah satu bijih besi, di samping magnetik (Fe3O4), hematit (Fe2O3), dan siderit (FeCO3). Limonit di alam ditemukan sebagai bijih besi sedimen, magmatik, dan kontak metasomatik, dan replacement.

Bijih besi laterit dan pasir besi titan terdapat di banyak tempat, tetapi masih terbatas yang sudah dieksploitasi. Limonit di Indonesia tersebar di Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambil, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka--belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, beberapa tempat di pantai selatan Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Riung--Flores (NTT), dan Papua. Dalam kehidupan sehari-hari, bahan galian tersebut digunakan untuk dilebur menjadi besi dan baja, untuk cat, semen, industri dasar, flux pada peleburan logam nonferous, sebagai katalisator, jig bed, untuk mobil, kapal, keretaapi, mesin-mesin, alat-alat pertambangan, alat-alat bangunan, dan alat-alat pertanian.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.


Sumber:
Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.


Jumat, 01 April 2011

ASBES

Asbes dapat dibagi menjadi dua, yakni (1) asbes serpentin (hydrous magnesium silicates). Contoh: chrysolite dan picrolite. Jenis asbes ini berupa serabut. Sifat asbes serabut ini sangat halus (0,0001mm), elastis, dan kuat. Adapun keistimewaan dari asbes serabut adalah tahan api dan alkali, tidak menghantarkan panas, listrik, dan suara. (2) Asbes amphibole, merupakan silikat dari kalsium, magnesium, besi, sodium, dan alumunium. Contoh jenis asbes ini adalah: amosite, crocidolite, tremolite, actinolite, dan authophillite. Sifat dari jenis asbes ini tidak dapat dipintal karena berbentuk bongkahan, tetapi tahan asam.

Karakteristik lain dari asbes tersebut adalah: bentuk serabut yang sejajar; warna muda; dan kilap sutera (silky). Di lingkungan alam, asbes dapat ditemukan bersamaan dengan serpentin, yakni sebagai hasil ubahan hidrothermal dari batuan ultra basa yang kaya magnesium (peridotit dan dunit). Asbes ini dalam jumlah sedikit juga bisa terjadi dari hasil pelapukan batuan gamping magnesium (dolomit). Persebaran asbes di Indonesia, ditemukan di Kebumen (Provinsi Jawa Tengah dan Weda, pulau Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Penggunaan asbes dalam kehidupan sehari-hari: untuk produk tahan api dan tahan asam, untuk isolasi listrik, lapisan rem mobil, sumbu kompor, kaos lampu, dan lembaran atap asbes.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.


Sumber:
- Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
- Susilo, Adi. 2011. Presentasi tentang Batuan dan Mineral. Malang: Tidak Diterbitkan.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek:
- Gambar atas: contoh asbes paket kiriman dari Kemeterian Pendidikan Nasional.
- Gambar bawah: contoh asbes koleksi Adi Susilo, P.Hd., Ketua Jurusan Fisika--Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB).