Powered By Blogger

Rabu, 12 Mei 2010

AIR TERJUN SEBAGAI SALAH SATU FENOMENA GEOSFER

Dua gambar fenomena alam yang berupa air terjun (water fall) ini adalah karya seorang fotografer muda berbakat. Farid Bakti namanya. Seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsinya di jurusan Informatika pada sebuah perguruan tinggi di Kota Malang. Seorang fotografer yang kreatif dan produktif ini saya kenal melalui situs jejaring sosial, Facebook beberapa bulan yang lalu. Obyek bidikannya beraneka ragam. Mulai dari yang berupa model dalam photo genic, obyek-obyek alam yang berupa bentang alam (landscape), bunga, dan kumbang. Bahkan asap obat nyamuk pun menjadi produk foto yang indah di tangannya. Nama saya ditandainya dalam beberapa foto hasil berburu (hunting) yang beberapa di antaranya pula dikirimkan ke alamat Facebook saya. Saya sempat terkejut juga ketika buka profil Facebook saya itu. Tahu-tahu ada album foto yang ditambahkan oleh orang lain. Juga yang ditempel di dinding Facebook saya. Ternyata yang menambahkan adalah teman Facebook saya, Farid Bakti. Hampir setiap hari dia memamerkan hasil bidikannya di Facebook. Rupanya dia tidak menyia-nyiakan setiap momen yang dijumpainya untuk diabadikan dengan kameranya. Selain di Facebook, karya-karya fotografinya ditata apik pada blognya yang bertitel http://www.shuttridz.multiply.com

Di antara karya-karyanya yang baik itu, saya paling senang pada foto-foto yang berkaitan dengan alam. Lantaran itulah kemudian saya meminta izin untuk menjadikan beberapa fotonya sebagai bahan dalam posting-an ini. Dua foto air terjun ini adalah hasil hunting (istilah para fotografer dalam mencari obyek yang akan difoto) Farid Bakti di pegunungan Tengger yang masuk pada kawasan Taman Nasional Bromo--Tengger--Semeru.

Air terjun adalah aliran air (pada suatu lembah) yang menuruni lereng curam, terjal, atau bahkan lereng tegak. Lereng tempat keberadaan air terjun itu sendiri terbentuk lantaran adanya patahan atau lipatan batuan. Tenaga endogen tersebut telah membajak lembah dan aliran sungai hingga terbentuk air terjun. Lantaran itu, air terjun banyak dijumpai di daerah yang morfologinya berupa daerah yang berbukit atau berpegunungan. Lantaran itu pula air terjun biasanya terdapat pada Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu. Karena sifat air yang mengalir tersebut mengikis (mengerosi) batuan, maka air terjun ini juga akan menghasilkan bentukan-bentukan hasil erosi. Erosi yang dominan di daerah air terjun adalah erosi vertikal yang menghasilkan lembah dalam berbentuk seperti huruf v, juga menghasilkan erosi (kikisan) ke arah belakang atau ke arah hulu sungai. Erosi ke arah belakang/mundur ini sering pula disebut dengan erosi mudik, hingga lembah sungainya bertambah panjang di DAS hulunya. Proses yang demikian ini berlangsung dalam waktu yang relatif sangat lama. Hal ini tergantung sifat batuan, kekuatan air dalam mengerosi, dan keadaan vegetasi penutupnya.

Selain erosi, tenaga eksogen yang bisa terjadi di daerah air terjun adalah masswasting. Masswasting adalah gerakan atau berpindahnya massa batuan lantaran pengaruh gaya beratnya sendiri (pengaruh gravitasi). Batuan yang dimaksud di sini bisa berupa batu-batu yang besar (bom), kerakal, kerikil, pasir, tanah, ataupun lumpur. Perpindahan batuannya bisa terjadi sangat lambat (slow flowage) melalui rayapan (creep), perpindahan yang berlangsung cepat (rapid flowage), maupun dalam bentuk longsoran (landslide). Percikan air pada air terjun akan membasahi dinding tebing. Dinding yang basah akan menambah gaya beratnya. Inilah yang memicu terjadinya masswasting. Onggoka massa batuan pada latar depan foto air terjun (lihat foto kedua di bawah ini) menunjukkan adanya kerjasama antara dua tenaga eksogen, yakni masswasting dan erosi. Karena itu pengunjung air terjun diharapkan bisa waspada akan hal tersebut.

Air terjun pada gambar di atas (gambar pertama) oleh masyarakat setempat sering disebut dengan "coban Pelangi". Coban merupakan dialek Malangan yang digunakan untuk menyebut air terjun. Sedang disebut dengan coban Pelangi karena percikan air pada air terjun tersebut menguraikan spektrum Matahari hingga membentuk warna-warna pelangi. Sayang pada gambar pertama tersebut tidak mengesankan adanya pelangi. Maklum, kalau dilihat debit airnya, gambar coban Pelangi itu diambil ketika musim kemarau, hingga jumlah air yang menggelontor ke bawah tidak cukup untuk menimbulkan efek pelangi yang besar. Apalagi biasanya pelangi ini terbentuk di bagian agak ke bawah dari air terjun itu. Langit yang tergambar juga terlihat biru bersih tak berawan yang menandakan kalau obyek itu diambil ketika musim kemarau.

Coban Pelangi merupakan air terjun yang terletak di Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Seperti yang saya sebutkan di atas bahwa coban Pelangi ini berada di kompleks Taman Nasional Bromo--Tengger--Semeru, tepatnya di lereng barat pegunungan Tengger. Jaraknya lebih kurang 40km dari pusat Kota Malang. Menurut http://elkhahlil.wordpress.com bahwa tinggi tebing air terjun ini adalah 30m. Coban Pelangi ini merupakan hulu sungai Amprong yang mengalir melewati Kota Malang bagian timur, sebelum akhirnya bermuara menjadi satu sistem sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Temperatur udara di tempat ini berkisar antara 19°C--23°C. Dengan demikian kalau kita ingin mengetahui ketinggian tempatnya, sedang kita tidak membawa altimeter, maka langka yang ditempuh adalah:
1. Menghitung suhu rata-rata:
Rumus suhu rata-rata = suhu tertinggi + suhu terendah dibagi 2, sehingga diperoleh suhu
rata-ratanya adalah 21 derajat Celcius.
2. Menghitung ketinggian tempat (Coban Pelangi):

h = 27°C - To dibagi 0,6 x 100
Keterangan:
h = tinggi tempat yang dicari
27°C = konstanta (temperatur di permukaan laut)
0,6 = konstanta (temperatur turun sebesar 0,6
°C setiap naik 100m dari permukaan laut)
100 = konstanta (setiap naik 100m dari permukaan laut, tempetur mengalami penurunan)
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka:

h =
27°C - 21derajat Celcius : 0,6 x 100
= 6 : 0,6 x 100m
= 1.000m
Dengan demikian coban Pelangi terletak pada ketinggian +1.000m (1.000m di atas permu-
kaan laut).

Saya sendiri pernah menyinggahi air terjun ini ketika bersama beberapa anggota SMAPALA, kelompok Pecinta ALam SMA Negeri 1 Pagak dan dua kolega menuju ke kawah Bromo melalui Tumpang--Gubugklakah--Ngadas tahun 1994 lalu dengan berjalan kaki. Ketika itu saya juga sempat mengambil momen ini dengan kamera SLR jadul merek "Pentax". Namun foto-foto itu kini kalaupun masih ada mungkin sudah rusak kena udara lembab.

Sedangkan air terjun di samping ini bernama "air terjun Madakaripura". Air terjun ini masuk wilayah Desa Sapeh Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Sama dengan coban Pelangi, air terjun Madakaripura juga terletak di kompleks Taman Nasional Bromo--Tengger--Semeru. Bedanya kalau air terjun yang konon sebagai tempat pertapaan mahapatih Gajahmada sebelum muksa ini terletak di lereng pegunungan Tengger bagian utara.

Kesamaan umum dari air terjun sebagai sumberdaya yang ada di Indonesia adalah belum dimanfaatkannya potensi tersebut secara maksimal. Potensi yang sudah dikembangkan adalah sebagai obyek pariwisata. Itupun baru sebagian kecil saja. Potensi sebagai sumberdaya energi boleh dibilang belum disentuh sama sekali. Menurut informasi, di Jepang, air terjun yang sering juga disebut dengan 'batubara putih' ini, energi potensialnya sudah dimanfaatkan sedemikian rupa untuk pembangkit listrik.

Sumber:
1. Bakti, Farid. 2009. Kumpulan Foto dalam Facebook.
2. http://elkhalil.wordpress.com
3. Nianto Mulyo, Bambang dan Suhandini, Purwadi. 2004 dan 2007. Kompetensi Dasar
Geografi 1
. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

5 komentar:

  1. Wao indah nya air terjun.....
    Selamat Kang Atas hadiahnya.

    BalasHapus
  2. Air terjun bahasa tatornya sarammbu
    Info kang ada tips cara memasukan facebook dg update teman2 terbaru di rumahku...monggo dijemput di http://okemms.blogspot.com

    BalasHapus
  3. sangat indah untuk di pandang apalagi kita melihat sendiri ...

    sangat agus foto'a ...

    BalasHapus
  4. pengen ke sana, kalo mau ke situ akomodasinya gimana ya??mau backpackingna nih

    BalasHapus
  5. Trim berat saya sampaikan kepada Mr. nYach, komankbhawa, dan ludilolalita atas komentarnya. Buat temanku ludlolalita, bila Anda mau ke sana bisa naik angkutan (jeep) dari Tumpang.

    BalasHapus