Powered By Blogger

Minggu, 05 Juni 2011

GAYA AKROBATIK SEEKOR BUNGLON

Bukan rekayasa! Ya, kenampakan yang terpampang pada posting ini memang bukan dibuat-buat. Kenampakan tersebut memang murni gaya akrobatik seekor Bunglon (chameleon) pada seutas kabel jemuran pakaian milik tetangga sebelah rumah. Reptil ini tidak merasa takut walau banyak orang di sekitarnya. Termasuk ketika "nuansa masel" memotretnya yg hanya berjarak 1m hingga 2m. Binatang yang termasuk suku agamidae ini hanya bergeming di tempatnya. Dia tidak mengubah warna kulitnya. Itu tandanya dia tidak sedang terancam, walau berada di tempat yang asing yang jauh berbeda dengan tempat atau lingkungan hidupnya. Bunglon akan berkamuflase ketika sedang terancam. Biasanya akan menyerupai warna yang dominan di tempat dia berada. Bunglon yang warna kulitnya hijau ini akan berubah menjadi hijau muda, kemudian kuning, coklat, hingga akhirnya kulitnya berubah menjadi kehitam-hitaman. Perilaku tersebut memang tidak lazim bagi seekor bunglon yang biasanya takut dan segera melarikan diri ke semak-semak ketika berhadapan dengan manusia. Diduga bunglon ini tersesat masuk ke wilayah/ingkungan manusia karena kelaparan atau lantaran mengejar serangga, makanan kesukaannya.

Binatang ini berukuran panjang sekitar 60cm, dihitung mulai dari moncong di kepalanya sampai ujung ekornya. Panjang ekornya sendiri tiga kali lebih panjang dari panjang tubuhnya. Berkaki empat dengan kuku-kuku yang cukup kuat untuk mengaitkan di cabang, ranting, atau apa saja yang dipijaknya. Lehernya bergelambir dan dengan sejenis mahkota bergerigi yang bisa mekar di atas lehernya. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas, bahwa daerah persebaran bunglon ini meliputi pulau Jawa dan sebagian besar daerah persebaran fauna Indonesia Barat, serta beberapa pulau di daerah persebaran fauna laut pertengahan Austral-Asiatis (daerah Indonesia Tengah).

Makhluk ini cukup menarik kalau diamati. Namun demikian rupanya belum ada orang yang meneliti kemanfaatannya. Sementara ini masih merupakan plasma nutfah yang potensial, tidak seperti saudaranya, tokek yang pernah booming hingga ada yang mengatakan berharga milyaran rupiah per ekornya. Jelasnya makhluk melata ini diciptakanNya tidak sia-sia. Pasti ada manfaatnya. Setidaknya sebagai pelaku dalam rantai makanan sebagai pemangsa serangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar