Powered By Blogger

Minggu, 21 Februari 2010

Lain di Indonesia, Lain di Jepang




Ketika di Indonesia saat ini musim penghujan, di Jepang yang katanya saudara tua kita itu (dalam Sejarah) sedang musim salju. Ya, memang beda antara iklim di Indonesia dengan di Jepang walau keduanya sama-sama negara kepulauan di Asia. Sebagian orang Indonesia mungkin mengira bahwa di Asia pada umumnya dan di Jepang khususnya, tidak ada salju. Salju dikira hanya ada di Eropa atau Amerika Utara saja. Namun hal itu tidak berlaku bagi orang Indonesia yang pernah menginjakkan kakinya di sana, sering nonton televisi pemerintah Jepang, NHK. NHK Wolrd sering menayangkan tentan musim di Jepang dalam acara Four Seasons in Japan, atau paling tidak pernah belajar Geografi yang berkaitan dengan iklim.

Satu faktor utama yang membedakannya adalah perbedaan panas Matahari yang diterima oleh permukaan Bumi akibat letak lintang yang berbeda dan lamanya penyinaran. Dengan demikian letak atau kedudukan Matahari dilihat dari permukaan Bumi sangat berpengaruh terhadap perbedaan iklim yang sekaligus juga musimnya.

Berdasarkan letak astronomisnya (garis lintangnya saja), Indonesia terletak antara 6°LU—11°LS. Akibatnya Indonesia intensif menerima penyinaran Matahari, sehingga Indonesia beriklim tropis (panas). Sedang Jepang terletak antara 30°LU—50°LU. Letak Jepang yang demikian ini pemanasan dan lamanya penyinaran dari Matahari lebih sedikit dibanding Indonesia. Musim di Indonesia hanya dua, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di Indonesia bertepatan dengan musim panas, sedang musim kemarau di Indonesia bertepatan dengan musim dingin, walau musim dingin di Indonesia tidak sedingin di negara-negara yang memiliki empat musim, termasuk Jepang. Jepang, utamanya Jepang tengah sampai Jepang utara memiliki empat musim. Empat musim tersebut adalah musim bunga/musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Mengapa demikian? Gerak semu tahunan Matahari hanya bergeser dari 0°L (garis khatulistiwa/ekuator) tanggal 21 Maret ke utara paling jauh sampai pada 23,5°LU (garis balik utara/tropic of Cancer/lintang kuda) pada tanggal 21 Juni. Setelah itu gerakan semu tahunan Matahari bergeser kembali ke selatan. Sampai di garis khatulistiwa kembali tanggal 23 September. Setelah itu Matahari bergeser ke selatan sampai titik terjauhnya, 23,5°LS (garis balik selatan/tropic of Carpricorn) pada tanggal 22 Desember (perhatikan gambar peredaran semu tahunan Matahari).

Ketika gerak semu tahunan Matahari tepat di atas 23,5°LS (garis balik selatan) pada tanggal 22 Desember, belahan Bumi selatan menerima pemanasan Matahari yang sangat intensif. Saat itulah daerah-daerah di belah Bumi selatan mengalami musim panas hingga tanggal 21 Maret, bertepatan dengan gerakan semu tahunan Matahari tepat berada di khatulistiwa. Sedang di belahan Bumi utara, termasuk Jepang mengalami musim dingin. Lama waktu masing-masing musim tersebut tiga bulan. Indonesia sebagai negara yang memperoleh pemanasan Matahari sepanjang tahun, mengalami musim panas yang juga bertepatan dengan musim penghujan berlangsung selama enam bulan, yakni mulai bulan Oktober sampai April. Hanya, mulai 22 Desember--21 Maret suhu udara di Indonesia menjadi lebih tinggi mengingat pemanasan udara dari Matahari sangat kuat. Suhu udara yang tinggi melantarakan penguapan yang tinggi. Mengingat wilayah Indonesia yang 70%-nya berupa laut, maka penguapan air laut ini, ditambah penguapan dari bentang perairan darat (sungai, danau, rawa) dan dari penguapan organisme berkondensasi ketika berada di troposfer atas hingga terbentuklah awan. Awan yang ada ditambah lagi dari bawaan angin muson barat, sehingga Indonesia ketika mengalami puncaknya musim hujan. Terutama pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari. Saat Indonesia mengalami puncaknya musim penghujan, di Jepang yang juga negara kepulauan sedang mengalami musim dingin. Kiriman foto via face book alumnus SMAPa menggambarkan keadaan hal itu. Semua memutih diliputi salju. Gunung diliputi salju, jalanan diliputi salju, lingkungan permukiman diliputi salju. Semuanya memutih diliputi salju. Hanya konifer (tumbuhan berdaun jarum) yang tetap menghijau dan tak pernah menggugurkan daunnya. Bagi orang Indonesia umumnya, suguhan itu sangat menarik. Salju di Indonesia hanya ditemukan di puncak-puncak pegunungan tinggi di pegunungan Jajawijaya, Papua. Foto-foto tersebut diambil ketika alumnus SMAPa yang bekerja di Jepang tersebut sedang berekreasi di Nagano, sebuah kota kecil berpegunungan di Jepang tengah, berjarak lurus lebih kurang 170km arah barat laut Tokyo. Secara astronomis Nagano terletak 37 derajat 1'52"LU.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar