Powered By Blogger

Selasa, 20 April 2010

EROSI ALUR TAHAP AWAL

Seperti yang kita ketahui bahwa ada enam jenis erosi, yaitu: erosi percikan (splash erosion), erosi permukaan (sheet erosion), erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), erosi tebing sungai (stream bank erosion), dan erosi air terjun (water fall erosion). Bentukan yang tertera pada gambar ini merupakan wujud adanya erosi alur tahap awal. Erosi ini terjadi pada suatu lereng terjal si gunung kapur yang bagian puncaknya sudah nyaris tak berhutan. Pada lereng terjal tersebut kemudian dimanfaatkan untuk lahan pertanian tumpangsari bersama tanaman jati yang masih tersisa. Karena lahan di puncak sudah hampir tidak berhutan, maka ketika hujan turun, airnya mengalir sedemikian bebas tanpa penahan meluncur menuruni lereng terjal. Air mengalir yang menuruni lereng terjal itu berkecepatan cukup besar, sehingga lapisan tanah yang dilaluinya ikut tererosi. Erosi tanah bertambah besar ketika melalui lahan yang tanahnya telah digemburkan untuk tanaman tumpangsari. Mengingat daerah yang dilalui air permukaan tersebut berupa lereng terjal, maka pengikisan tanahnya berlangsung relatif cepat, hingga yang tersisa atau yang nampak tinggal batuan induknya dan membentuk alur tahap awal. Perlu diketahui, solum tanah pada lahan tersebut hanya tipis saja. Solum tanah yang tipis itu langsung berimpit dengan batuan induknya, batuan kapur. Jika dibuat profil tanahnya adalah horison O, horison A, kemudian langsung batuan induk (bedrock/parentrock). Dengan demikian profil tanahnya tidak mengenal adanya horison B dan horison C. Tanah yang tererosi kemudian diendapkan di kaki lereng tersebut (lihat latar depan gambar yang deposit tanahnya sebagian tertutup rumput).

Erosi alur tahap awal tersebut dalamnya masih beberapa sentimeter saja. Namun jika hal ini terus dibiarkan maka erosinya akan berkembang menjadi erosi parit (gully erosion) dan lahan yang tersisa berupa pegunungan berbatu. Tidak tertutup kemungkinan pegunungan tersebut menjadi lahan kritis/tandus.

Agar keadaan seperti tersebut di atas terjadi, maka seharusnya diupayakan langkah-langkah:
1. Menghutankan kembali puncak pegunungan tersebut.
2. Meniadakan pengusahaan lahan dengan usaha pertanian tanaman tumpangsari.
3. Melakukan monitoring terhadap lahan tersebut oleh pihak-pihak terkait.

1 komentar: