Powered By Blogger

Rabu, 07 April 2010

FOSIL DI BATUAN KAPUR

Dua gambar yang tertera pada posting-an ini merupakan contoh fosil dari sisa-sisa organisme laut, yakni siput dan kerang. Fosil-fosil tersebut banyak ditemukan di antara batuan gamping (lime stone) di daerah karst Malang Selatan. Fosil adalah sisa-sisa kehidupan masa lampau, baik yang berupa tumbuhan, hewan, atau bahkan manusia maupun bekas-bekas aktifitas dan benda-benda terkait yang telah membatu melalui proses metamorfisme yang terkubut dalam lapisan sedimen di kerak Bumi. Menurut M.A. Marbun (1982:64) , "fosil (fossil) berasal dari bahasa Latin yang berarti menggali". M.A. Marbun juga mengatakan bahwa fosil ini sangat berharga bagi para ahi Geologi untuk menentukan umur lapisan Bumi. Fosil tersebut digunakan untuk menentukan umur relatif kulit Bumi. Ilmu yang mempelajari fosil disebut Palaeontologi.

Namun demikian tidak semua fosil bisa digunakan untuk menentukan umur relatif dari kulit Bumi tersebut. Fosil yang dapat digunakan untuk menentukan umur relatif dari kuli Bumi disebut fosil petunjuk (guide fossils/index fossils). Menurut P. Simamora (1982:16) bahwa fosil yang berfungsi sebagai fosil petunjuk yang baik ialah:
a. Binatang atau tumbuhan yang menjadi fosil itu harus pada masa yang pendek. Binatang-
binatang seperti kerang tidak dapat dijadikan fosil petunjuk karena tubuh kerang dari
zaman ke zaman tetap saja. Evolusi tubuhnya tidak nyata.
b. Jenis binatang atau tumbuhan yang menjadi fosil itu, harus hidup pada masa dahulu di
daerah yang seluas-luasnya. Artinya, makhluk itu dulu hidup di berbagai tempat di muka
Bumi ini (kosmopolit).

Walaupun fosil siput laut dan kerang laut yang terpampang pada gambar ini tidak bisa dijadikan sebagai fosil petunjuk, tetapi menurut saya fosil tersebut masih ada gunanya. Gunanya adalah: (1) Bisa untuk membuktikan atau menginformasikan bahwa Malang Selatan ini dulunya adalah laut kedua contoh fosil tersebut merupakan sisa organisme laut. (2)Untuk menjelaskan bahwa batuan induk penyusun Malang Selatan ini adalah batuan sedimen yang berupa batuan kapur, mengingat fosil tersebut terbungkus oleh lapisan sedimen kapur.

Sebenarnya tidak hanya fosil siput laut dan kerang laut saja yang ditemukan di daerah ini. Sisa-sisa organisme laut banyak terserak ditemukan di batuan sedimen daerah ini. Bahkan dalam penggalian tidak disengaja pernah ditemukan batubara. Ketika itu (1997) batubara tersebut saya serahkan ke laboratorium Universitas Negeri Malang. Di samping fosil, dalam suatu penggalian lain, yakni penggalian untuk pembuatan septictank, ditemukan dalam jumlah relatif besar mineral berkilau yang kala itu oleh masyarakat sekitar dikira emas. Mineral yang tertimbun di antara lapisan batuan kapur, tanah berlempung, dan sedimen pasir yang berlapis-lapis. Kemudian masyarakat sekitar berlomba-lomba mengambil benda-benda tersebut. Ada yang memperoleh dalam wujud bongkahan-bongkahan dan ada pula yang membawa pulang dalam ukuran yang lebih kecil, dalam bentuk butiran-butiran seukuran pasir. Tidak hanya itu, di antara mereka ada yang berusaha memeriksakan temuan itu ke berbagai tempat untuk memastikan bahwa benda yang ditemukan itu adalah emas. Sewaktu dosen Geografi Universitas Negeri Malang (UM) melakukan safari ke Malang Selatan tahun 1998, beberapa sampel dibawa ke kampus untuk diteliti lebih lanjut. Hasilnya, ternyata benda tersebut adalah pirit. Mineral logam yang sering disebut besi sulfida ini memang termasuk yang paling banyak ditemukan di kerak Bumi. Drs. Rudi Hartono, M.Si., salah seorang dosen jurusan Geografi UM menjelaskan bahwa memang ada emasnya, hanya sangat sedikit jumlahnya dan kadarnya pun kecil, maksimal 15 karat. Dalam buku "Batuan dan Mineral" karya Robin Kerrod dengan terjemahan oleh P.E. Hehanussa (1985:35) bahwa pirit ini sering disebut dengan emas orang tolol karena rupanya yang mirip emas. Pirit ini memiliki kristal berbentuk kubus dengan tingkat kekerasannya 6 dan berat jenisnya 8.

Menurut K. Wardiyatmoko (2006:54),"batuan pada zaman Kambrium bercirikan endapan gamping yang mengandung banyak pirit, sedimen pasir, berlempung, dan kaya akan fosil". Fosil apa sajakah? Tidak ada penjelasan lebih lanjut. Jelasnya, Malang Selatan ciri batuannya adalah endapan gamping/kapur, juga ditemukan pirit yang di antaranya berlapis-lapis menutup pirit tersebut, dan tanahnya bertekstur lempung. Kalau begitu, bagaimana dengan zaman pembentukannya?

Sumber:
1. Kerrod, Robin. 1985. Batuan dan Mineral (judul asli "Rocks and Mineral"). Bandung: NV
Ganaco, diterjemahkan oleh Ir. P.E. Hehanussa, M.Sc.
2. Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
3. Simamora, P. 1982. Ilmu Bumi Alam untuk Sekolah Lanjutan Atas. Jakarta: C.V. Pedjuang
Bangsa.
4. Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Ciracas Jakarta: Erlangga.

1 komentar: