Powered By Blogger

Selasa, 06 April 2010

PRODUK BANJIR BANDANG KALI KONTO

Kejadian banjir bandang itu sebenarnya berlangsung pada akhir Pebruari 2010 lalu. Sedang gambar yang tertera ini saya ambil pada 3-3-2010. Pemotretannya pun saya lakukan dari dalam minibus yang sedang melaju. Sebenarnya masih banyak momen yang lebih bagus dan lebih menarik untuk diabadikan. Namun karena keadaan yang kurang memungkinkan, akhirnya hanya gambar seperti ini yang bisa saya sajikan. Mestinya fenomena yang bisa diabadikan dari dampak banjir bandang sungai Konto ini sangat banyak. Misalnya bergesernya arah aliran sungai, aliran sungai yang menjadi bercabang, deposit batu-batu vulkanik yang teronggok di seantero lembah sungai, rusaknya permukiman penduduk, hancurnya lahan pertanian di sisi lembah sungai, dan sebagainya. Karena kesibukan saya, fenomena geografis itu pun baru bisa saya turunkan saat ini.

Bapak Agus Sarsilo, Kepala SMA Negeri 1 Ngantang mengisahkan bahwa siang itu beliau bergegas keluar ruang Kepala Sekolah untuk segera melakukan perjalanan pulang ke rumah setelah jam dinasnya usai. Baru beberapa ratus meter beliau mengendarai 'Izuzu Phanter Higrade-nya', beliau melihat awan hitam bergumpal-gumpal terburai ke bawah dari arah kompleks gunung Argowayang--Anjasmoro--Arjuno. Melihat gelagat ini, beliau berusaha menambah laju kendaraannya. Benar juga, beberapa menit beliau meninggalkan bagian dari jalan raya Malang--Kediri yang berdampingan dengan sungai Konto tersebut, banjir bandang hebat di siang bolong terjadi.

Kali (sungai) Konto merupakan salah satu anak sungai dari kali Brantas, satu sungai terpanjang di Jawa Timur. Kali Konto berhulu di tiga titik. Tiga titik hulu kali Konto itu meliputi satu hulu anak sungai Konto yang terletak di perbatasan komplek gunung Argowayang dengan gunung Ajasmoro, dua anak sungai yang berhulu dari gunung Kawi, dan satu anak sungai Konto lainnya berhulu dari gunung Kelut. Sepanjang lebih kurang 13,5km kali Konto ini mengalir berdampingan dengan jala raya Malang--Kediri/Jombang, tepatnya ruas jalan raya antara Pujon sampai Ngantang, hingga akhirnya masuk bendungan Selorejo. Ketika hujan lebat di komplek gunung Argowayang--Anjasmoro--Arjuno, beberapa daerah mengalami hujan lebat disertai angin ribut. Satu daerah yang menurut penuturan pak Agus Sarsilo adalah Kecamatan Karangploso. Hujan yang lebat berubah menjadi aliran permukaan dalam waktu yang relatif cepat hingga debit kali Konto meningkat tajam. Volume air yang meningkat tajam dan berarus deras ini sontak melebihi kapasitas daya tampung lembah Konto. Kali yang biasanya berair dangkal, jernih, dan sejuk dipandang setiap orang yang lewat, berubah sama sekali ketika itu. Airnya berubah coklat pekat lantara membawa material lepas yang dibawa dari hasil pengikisan sungai itu di daerah ketinggian. Tidak hanya itu. Air yang meluap itu membawa pula segala benda yang dilaluinya. Batu-batu vulkanik, mulai dari kerikil sampai yang berukuran kepala manusia atau lebih besar lagi (bom) diangkutnya sambil masih mengikis (mengerosi) tebing sungai itu sendiri. Bahkan juga lahan pertanian, permukiman penduduk, dan juga ternak yang ketika itu digembalak di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS) Konto. Menutur penuturan pak Agus, peristiwa ini juga melantarkan korban jiwa. Pemancing yang lagi asyik tak sempat mengelak terjangan air bah ini. Badan jalan raya seperti nampak pada gambar inipun tak luput dari gerusannya. Pondasi jembatan pun amblas.

Dampak banjir bandang ini memang tidak bisa dianggap kecil. Produk banjir bandang ini terlihat nyata ketika gejala tersebut telah berlalu. Material hasil erosi mulai dari endapan lumpur, pasir, kerikil, kerakal, batu-batu bom teronggok di seantero badan sungai dan sekitarnya. Lebar sungai bertambah karena tenaga erosi yang dominan adalah erosi lateral, walau secara teoritis daerah yang terkena banjir bandang tersebut masih bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) hulu kali Brantas. Arah aliran sungai menjadi rusak. Ada lembah sungai yang tergeser, ada aliran yang bercabang, dan ada pula bagian lembah sungai yang berpindah sama sekali. Badan lembah sungai yang lama tidak lagi dialiri air. Rusaknya keadaan sungai itu terkait pula dengan lingkunga sekitar. Lahan pertanian yang ada di kanan dan kiri lembah sungai ikut berantakan. Tanaman padi yang diusahakan penduduk gagal panen. Di antaranya bahkan musnah bersama lahannya terbawa air bah itu. Belum lagi jenis tanaman pertanian lain yang memang diusahakan penduduk di sekitar DAS dengan tanah vulkanis subur. Beberapa rumah penduduk tidak bisa didiami lagi. Dan yang paling terganggu adalah terhambatnya jalur transportasi Malang--Kediri dan Jombang atau sebaliknya. Beberapa bagian dari jalan raya itu longsor akibat hantaman air kali Konto yang menghebat kala itu. Jembatan juga rusak. Ruas jalan yang tergerus longsoran diberi pagar dari bambu dan masih ditambah dengan garis polisi agar pengendara kendaraan lebih berhati-hati dan tidak sampai terperosok ke lembah sungai. Akibatnya beberapa ruas jalan raya itu diperlakukan jalur satu arah. Pemberlakuan jalur bergilir satu arah ini menimbulkan antrian kendaraan, padahal jalan ini juga merupakan salah satu jalur wisata penting.

Kejadian tersebut sebenarnya bukan yang kali pertama terjadi. Musim penghujan tahun sebelumnya juga pernah terjadi. Hanya peristiwa yang baru lalu merupakan peristiwa terbesar. Semoga tidak terulang lagi. Peristiwa itu tidak sekedar banjir bandang akibat hujan deras, tetapi lebih dari itu. Peristiwa itu terkait dengan aspek kewilayahan yang rumit. Daerah hulu kali Konto, juga DAS Brantas secara keseluruhan memang memprihatinkan. Daerah penyangga yang juga berfungsi sebagai daerah resapan semakin terusik. Hutan yang ada di daerah itu sudah semakin berkurang. Hutan-hutan di ketinggian, di bagian hulu sungai, juga di kanan kiri sungai telah beralih fungsi menjadi lahan permukiman, lahan pertanian, dan lahan-lahan untuk kepentingan sesaat lainnya yang tidak mengindahkan keseimbangan lingkungan dengan berbagai alasan. Secara teoritis hutan di daerah-daerah itu tidak boleh dialihfungsikan. Minimal 100m di kanan kiri lembah sungai harus tertutup vegetasi. Ya, tertutup oleh hutan konservasi. Semoga kita semakin sadar akan peringatan itu. Semoga kita sebagai khalifah di muka Bumi ini semakin arif dalam mengelola alam sebagai karunia Allah SWT yang tak ternilai ini. Amiyn.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar