Powered By Blogger

Kamis, 15 April 2010

TAPE PRODUK ASLI INDONESIA, BERMIMPIKAH BILA GO INTERNASIONAL?

Tape dalam bahasa Indonesia tidak sama dengan tape dalam bahasa Inggris. Apalagi tape recorder, dsb. Tape dalam bahasa Indonesia sering pula disebut tapai. Tape adalah semacam penganan yang dibuat dari umbi singkong atau ketela pohon atau kaspe, bisa juga dari beras ketan yang terlebih dahulu melalui proses peragian.

Umbi singkong yang dipakai untuk tape diambil dari jenis singkong yang tidak beracun, baik yang umbinya berwarna putih ataupun kuning. Sedang tape yang dibuat dari beras ketan, bisa berasal dari beras ketan hitam maupun dari beras ketan putih. Namun biasanya orang lebih suka tape yang berasal dari beras ketan hitam karena cita rasanya lebih enak. Apalagi bila tape ketan hitam tersebut dibungkus dengan menggunakan daun jambu air yang berukuran besar. Selanjutnya tape yang berasal dari beras ketan disebut tape ketan.

Dari kedua jenis tape tersebut, rupanya tape singkong memiliki nilai komersial yang lebih tinggi dan meluas dibanding tape ketan. Produk olahan tape singkong juga lebih beragam dibanding tape ketan. Tape-tape tersebut dijual di warung-warung, di pasar tradisional, dijajakan keliling, maupun di lapak-lapak khusus pedagang makanan khas yang biasanya berjajar di jalur-jalur strategis.

Sentra produksi tape sebenarnya hampir merata di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Namun demikian sebagian orang cenderung menyukai produk tape dari Jawa Timur bagian timur. Berbagai daerah di Propinsi Jawa Timur bagian timur menjadi produsen yang sekaligus sebagian penduduknya menggantungkan hidupnya sebagai pedagang tape singkong dengan skala relatif besar. Daerah-daerah tersebut di antaranya Kota Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bondowoso. Di antara daerah-daerah tersebut, Bondowoso merupakan daerah yang paling terkenal dengan produk tapenya singkongnya. Tape singkong produksi Bondowoso terasa lebih manis, lebih kenyal, dan berukuran besar-besar. Menurut sebagian orang, tape singkong dari Bondowoso lebih enak dan tahan lama dibanding misalnya dari Bandung, Jawa Barat yang di sana lebih dikenal dengan nama peuyeum. Tape singkong dari Bandung lembek dan mudah mencair, kata orang Bondowoso.

Sekilas cara pembuatan tape singkong. Singkong dikupas kulitnya, dicuci, lalu direbus. Setelah matang dimasukkan pada suatu wadah. Ketika sudah dingin ketela matang tersebut ditaburi ragi tape, kemudian didiamkan beberapa saat. Cara pembuatan tape ketan lebih kurang sama dengan tape singkong. Setelah melalui proses peragian, tape siap dikonsumsi.

Tape yang diperdagangkan biasanya dibungkus dengan daun pisang, daun jambu air, besek, atau bahkan saat ini banyak yang menggunakan plastik. Tape yang dibungkus non plastik biasanya rasanya lebih enak. Sedang gambar yang terpampang di atas adalah tape singkong yang dikemas dengan besek. Tape singkong tersebut dijajakan di pinggiran Kota Probolinggo, tepatnya di tepi jalan raya Probolinggo--Pasuruan. Harga tape singkong dalam besek beragam. Tergantung isi yang ada dalam besek. Harganya berkisar antara Rp 2.000,- sampai Rp 6.000,- atau bahkan lebih dari harga itu.

Di samping dapat dikonsumsi langsung, baik tape singkong dan tape ketan dapat dijadikan makanan olahan. Makanan olahan dari tape itu di antaranya adalah: kolak tape, es tape, tape, tape bakar, dsb. Konon tape juga mengandung nutrisi tertentu. Mengingat hal itu, bisakah produk alam asli Indonesia ini go internasional. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar