Powered By Blogger

Jumat, 05 Agustus 2011

ASPEK SOSIAL DARI GUNUNG BERAPI (1)

Pengantar:
Tulisan yang tertera dalam posting ini merupakan terjemahan dari buku karya R.W. Van Bemmelen, seorang tokoh yang berjasa besar dalam Geologi dan Geomorfologi, juga Geografi di Indonesia. Judul bukunya "The Geology Of Indonesia Vol. 1A General Geology Of Indonesia and Adjacent Archipelagoes", halaman 222 pada Social Aspect. Penterjemahan ini menggunakan Google translate dengan sedikit penyesuaian. Usaha penterjemahan ini dilakukan agar siswa SMA khususnya, dapat mengenali lingkungannya, Indonesia yang banyak memiliki gunung berapi. Sedang foto yang tertera pada posting ini adalah bagian dari rangkaian kompleks gunung berapi Wilis--Liman--nDwarawati dilihat dari sisi utara, yakni Kota Nganjuk. Semoga bermanfaat.

Terjemahannya sebagai berikut:
Indonesia adalah daerah yang paling vulkanik di dunia, memiliki 149 pusat-pusat aktivitas gunung berapi. Menurut catatan statistik sejak 1800 bencana vulkanik telah terjadi sekali dalam sekitar tiga tahun. Sejak tahun itu ada sekitar 135.000 korban jiwa, ratusan desa dan ribuan hektar tanah subur dan hutan hancur. Efek dari letusan gunung berapi telah menjadi bencana karena keberadaan gunung berapi meningkatkan kepadatan penduduk pada tanah vulkanik yang subur (di Jawa populasi meningkat dari 5 sampai 50 juta dalam satu abad!).

Pencegahan bencana gunung berapi, karena itu, adalah salah satu tugas yang paling penting dari Survei Vulkanologi.

Pada gunung berapi paling berbahaya di Jawa, pos pengamatan permanen (dengan menempatkan pengamat Vulcanologi Indonesia) yang diorganisasi (pada gunung Tangkuban Prahu, Papandayan, Merapi, Kelut, Ijen). Selain rumah-rumah kecil yang terbuat dari kayu untuk petugas, dibuat pos-pos terbuat dari beton dan terowongan perlindungan yang rapat dengan tabung oksigen, dan pasokan makanan kaleng. Selain itu, mereka diberikan dengan alat, pakaian asbes, helm baja, masker gas, termometer, dll, dan mereka dihubungkan dengan kabel telepon bawah tanah dengan dunia luar. Juga instuments geofisika, seperti seismograf dan alat ukur kemiringan (tiltmeter) telah dipasang dalam terowongan beton.

Gas-gas beracun (terutama yang berbahaya adalah CO2) membuat mereka perlu untuk melakukan patroli rutin pada gunung berapi yang sering dikunjungi oleh wisatawan (Tangkuban Prahu, Papandayan). Ini "Stik Valleien" atau lembah menyesakkan, disebabkan oleh mofet. Banyak korban jiwa telah terjadi di dalamnya. Pengamat gunung berapi Indonesia, Roeslan namanya sedang terkena gas mofet di gunung Papandayan dalam pelaksanaan tugas ini.

Selanjutnya, dalam Survei Vulkanologi disusun peta dari area berbahaya pada gunung berapi yang paling penting (dalam kaitannya dengan bahaya lahar dan awan panas), menunjukkan juga rute yang aman untuk elevasi dari penduduk setempat. Selain itu, untuk beberapa gunung berapi petunjuk rinci untuk orang-orang Indonesia dari tulisan gunung observasi serta Dinas Sipil yang dipilih untuk gunung (Merapi, Kelut, Semeru, Ijen).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar