Powered By Blogger

Senin, 08 Agustus 2011

ASPEK SOSIAL DARI GUNUNG BERAPI (3)

Pengantar:
Tulisan yang tertera dalam posting ini merupakan terjemahan dari buku karya R.W. Van Bemmelen, seorang tokoh yang berjasa besar dalam Geologi dan Geomorfologi, juga Geografi di Indonesia. Judul bukunya "The Geology Of Indonesia Vol. 1A General Geology Of Indonesia and Adjacent Archipelagoes", halaman 223 pada Social Aspect. Penterjemahan ini menggunakan bing translator dengan sedikit penyesuaian. Usaha penterjemahan ini dilakukan agar siswa SMA khususnya, dapat mengenali lingkungan mereka, Indonesia yang memang banyak memiliki gunung berapi. Sedang foto yang tertera pada posting ini adalah bagian dari rangkaian kompleks gunung berapi Wilis--Liman--nDwarawati dilihat dari sisi utara, yakni Kota Nganjuk. Semoga bermanfaat.


Kriteria diagnostik bahaya gunung berapi yang akan terjadi.
Berikut adalah sinopsis beberapa kriteria diagnostik yang sekarang dianggap sebagai tanda-tanda bahaya gunung berapi yang akan terjadi:
1. Meningkatnya frekuensi gempa lokal, umumnya hanya tercatat sebagai gempa-gempa kecil pada seismograf-seismograf di pos-pos pengamatan dekat kerucut gunung berapi.
2. Terbentuknya kubah vulkanik oleh tekanan magma, ditunjukkan dengan alat pengukur kemiringan.
3. Bandingan dengan siklus aktivitas gunung berapi yang bersangkutan pada masa sebelumnya.
4. Ketika lava naik di saluran, berkembang mengalir keluar selama satu siklus letusan utama atau fase gas, mungkin diiringi oleh awan pijar (letusan-letusan awan panas dari gunung berapi).
5. Kubah lava dan aliran-aliranya keluar dari bagian atas kerucut gunung berapi, sering memiliki posisi yang tidak stabil. Sebagian dari kubah lava dapat meluncur ke bawah, mengakibatkan awan pijar dan ladu (awan pijar jenis longsoran).
6. Akumulasi abu vulkanik dan puing-puing di lereng kerucut gunung berapi dapat menimbulkan aliran lahar (aliran lumpur) setelah hujan deras.
7. Perubahan tidak biasa dalam perilaku mataair panas dan solfatara di berbagai kawasan (isyarat yang tidak pernah salah, sering hanya dikaitkan dengan aktivitas freatik).
8. Gangguan-gangguan magnetik lokal (tidak cukup hanya dipelajari).
9. Suara-suara gunung berapi (tidak cukup hanya dipelajari melalui; seismograf elektromagnetik penerima suara yang digunakan di Merapi pada tahun 1943).
10. Gempa Bumi tektonik kuat dapat melepaskan letusan gunung berapi (seperti di Sumatera Selatan, 1933; kebangkitan aktivitas Merapi setelah gempa 23 Juli 1943).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar