Musim kemarau identik dengan musim layang-layang. Kegemaran main layang-layang memang biasanya dilakukan masyarakat Indonesia pada musim kemarau karena saat itu sudah minim hujan dan angin timur memungkinkan untuk menaikkan layang-layang.
Awalnya layang-layang hanya berbentuk segi empat mirip belah ketupat. Masyarakat Jawa menyebut layang-layang dengan nama layangan. Mereka mengenal beberapa jenis layangan. Ada layangan aduan, layangan kepetan, layangan buntutan, layangan godhong yang terbuat dari daun, dan layangan sowangan yang merupakan layang-layang ukuran besar dan menimbulkan bunyi berdenging. Namun kini layang-layang semakin berkembang bentuk, ukuran, dan permainannya. Ada layang-layang berbentuk burung, ikan, pesawat, perahu, dan berbagai bentuk lainnya. Cara menerbangkannya pun bisa hanya perorangan dan bisa juga beramai-ramai dengan lebih dari seorang pemain. Bermain layang-layang pun kini tidak sekedar kegemaran, tetapi sudah memiliki organisasi dan dilombakan.
Layang-layang perahu layar yang tertera pada gambar di atas diterbangkan oleh pedagang layang-layang di pantai Tanjung Benoa, Bali. Calon pembeli dapat memilih berbagai pilihan warna dan boleh mencoba menerbangkannya sebelum memutuskan membelinya. Harganya bervariasi, tergantung ukuran, bahan, dan tingkat kerumitan layang-layang itu. Kisarannya dari lima ribu Rupiah sampai puluhan ribu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar